Indonesia menjadi Negara Penghasil Limbah Makanan Terbesar

Bagaimana Mengelola Limbah Makanan bagi rumah tangga maupun industri

Indonesia menjadi Negara Penghasil Limbah Makanan Terbesar

Membahas mengenai limbah dan pencemaran lingkungan, mungkin tidak saja membicarakan hasil atau bahan yang tidak terpakai dari kegiatan industri atau pabrik. Limbah juga bisa dihasilkan dari makanan yang terbuang. Data United Nations Environment Programme (UNEP) 2021, Indonesia menjadi penghasil limbah makanan terbesar mencapai 20.93 juta ton setiap tahunnya. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang menghasilkan limbah makanan terbesar di ASEAN.

Meskipun begitu, jika menelisik data yang dimiliki oleh Statista.com, pada tahun 2020 Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang menghasilkan sampah makanan. Diatas Indonesia terdapat Nigeria, India, dan China.

China menghasilkan 91.65 ton sampah makanan, India menghasilkan 68.76 juta ton, Nigeria 37.94 juta ton, dan Indonesia 20.94 juta ton. 

Fakta bahwa makanan diproduksi, namun tidak dimakan oleh manusia memiliki dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Diperkirakan limbah makanan menjadi penyumbang efek rumah kaca (ERK) sebesar 8-10% secara global. Angka tersebut tentu cukup besar. 

Disini peran masyarakat sebagai penghasil limbah makanan terbesar, maupun industri menjadi cukup penting. Mereka perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi jumlah limbah makanan. Pemerintah juga perlu mengawasi secara ketat.

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Sumber Limbah Makanan

Berbagai sumber mengatakan bahwa, limbah makanan yang terbesar merupakan hasil dari rumah tangga. Sumber lainya berasal dari industri jasa makanan. Tentu ini menjadi masalah bersama, ketika intensitas sampah makanan terbuang begitu saja di kalangan rumah tangga.

Menurut Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), food loss dan food waste Indonesia selama 2000-2019 mencapai 150-184 kg per kapita per tahun, seharusnya dapat memberi makan 30-40% populasi masyarakat Indonesia. Jumlah tersebut setara juga dengan 4-5% GDP Indonesia.

Food Loss adalah bahan pangan yang terbuang dalam rantai pasokan dari petani hingga ke pasar. Hal ini disebabkan pengemasan yang tidak baik, hingga membuat bahan pangan terbuang dan tidak bisa dijual kembali. 

Tentu kondisi ini menjadi sebuah paradoks, sebab ada kesenjangan seperti produksi berkurang namun konsumsi menjadi limbah.

Mengurangi Limbah Makanan Rumah Tangga

Mengenal Limbah Makanan dan Kenapa menjadi Masalah Lingkungan

Limbah makanan menjadi salah satu penyumbang Efek Gas Rumah Kaca. Source: Petikine.com

Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia menjadi negara penghasil limbah makanan tertinggi di Asia Tenggara di 2021. Masyarakat nusantara diprediksi membuang sekitar 77 kilogram/kapita setiap tahun. Angka tersebut tentu sangat memprihatinkan.

Begitu juga yang disampaikan oleh Deputi Bidang Kerawanan Pangan, Gizi, Badan Pangan Nasional Republik Indonesia, Nyoto Suwignyo pada Seminar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta di Agustus 2022.

Nyoto mengungkapkan, lebih kurang terdapat 59,8 kg makanan per kapita per tahun yang terbuang secara sia-sia. Dimana, 28 kg berasal dari sampah rumah tangga dan sisanya bersumber dari non rumah tangga.

Jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini, jumlah makanan yang terbuang mencapai 16,3 juta ton. 

Diketahui, dari angka 59,8 kg per kapita tersebut 2,7 kg merupakan beras, 7,3 kg adalah sayur, 5 kg adalah buah, 2,8 kg tempe- tahu-oncom, selebihnya adalah daging, ikan, daging, dan lain-lain. 

Padahal untuk menghasilkan satu butir padi dibutuhkan waktu sangat lama sekitar 3-4 bulan. Dan hanya dibuang secara sia-sia.

Baca Juga: Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Langkah-Langkah Mengurangi Limbah Makanan

Selektif dalam Membeli Makanan

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah makanan, dengan selektif dalam membeli makanan. Pastikan makanan yang Anda beli, benar-benar Anda butuhkan dan akan di makan oleh Anda atau pihak yang akan Anda berikan.

Anda juga bisa memilah mana makanan yang cepat busuk atau basi, dan mana yang awet. Jika cepat busuk dan basi, sebaiknya jangan membeli dalam porsi banyak. Anda beli secukupnya saja, agar tidak menjadi sampah di lain hari.

Berbelanja Dengan Bijak

Sampah makanan bisa dihasilkan dari makanan-makanan mentah, seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan. Anda bisa berbelanja secukupnya. Jangan sampai terdapat sisa yang membuat makanan tersebut menjadi busuk dan tidak bisa di konsumsi. Karena hal tersebut akan menjadikan makanan mentah menjadi limbah. 

Memasak Tanpa Resep

Menurut Chef di Institute of Culinary Education, Barbara Rich pernah menyatakan memasak dengan mengikuti resep sering menyisakan banyak sampah makanan. “Pikirkan mengenai makanan yang disukai untuk di masak. Dengan begitu Anda bisa menyimpan makanan yang di masak di lemari es dan membuat banyak makanan berbeda,” terangnya seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Menyimpan Makanan dengan Baik

Cara penyimpanan makanan dengan baik juga dibutuhkan untuk bisa menghindari makanan basi. Seperti buah dan sayur bisa di simpan di Kulkas dengan tetap menjaga suhu dengan baik. Jika Anda menggunakan makanan kaleng, setelah di buka, jangan menyimpan makanan dengan kaleng tersebut.

Makan Secukupnya

Ketika Anda sedang makan di luar seperti restoran atau cafe, Anda harus makan secukupnya. Jangan sampai terdapat sisa makanan yang hanya akan menjadi limbah makanan diluar sana. 

Mengurangi Limbah Makanan Industri Jasa Makanan & Pariwisata

Tidak hanya rumah tangga, limbah makanan dihasilkan dari industri jasa makanan dan pariwisata. Tak khayal, memang banyak Restoran, Cafe, Hotel yang membuang sisa makanan karena tidak dihabiskan oleh customer mereka.

Karena menurut data 31,8 kg/per kapita makanan dari Industri jasa makanan dan pariwisata terbuang begitu saja.

Limbah makanan merupakan biaya utama dari industri turisme dan hospitality. Pemerintah Inggris Raya memperkirakan nilainya berkisar 3 miliar Euro per tahun pada 2014. Nilai tersebut dihasilkan mulai dari persiapan dan masak 50%, sisa di piring konsumen 35%, dan penyajian atau penyimpanan 15%. Tiga kelompok limbah tersebut terdiri dari buah dan sayur, roti, dan daging. 

Ada riset yang dilakukan oleh Filimonau dan rekannya di 2021, sedikit makanan terbuang dalam rantai bisnis afiliasi. Fine dining lebih banyak terbuang di dapur. Sedangkan di layanan budget murah dan cepat lebih banyak makanan terbuang di piring. Perusahaan besar lebih sedikit membuang sisa makanan dari konsumen. Mereka lebih sukses dalam efisiensi layanan.

Bagaimana Industri Mengurangi Limbah Makanan

Limbah Makanan juga berasal dari Industri, baik itu Industri jasa makanan maupun pariwisata

Limbah makanan Industri. Source: Economictimes.indiatimes.com

Sejumlah hasil pemetaan yang dikutip dari Mongabay.co.id, ada faktor internal yang menyebabkan meningkatnya jumlah limbah makanan di antaranya pasifnya manajemen internal dalam keberlanjutan lingkungan tidak menjadi prioritas.

Padahal, industri bisa melakukan cara praktis dalam mengurangi food waste, diantaranya; pihak manajemen dapur harus mampu memperkirakan jumlah permintaan, meminta koki peduli terhadap lingkungan untuk mengurangi sisa makanan, dan menggunakan menu sesuai dengan yang tersedia.

Selain itu, beberapa cara juga bisa dilakukan dengan melakukan kolaborasi antara petani, industri, dan konsumen. 

Selain itu, industri juga bisa menggunakan beberapa referensi yang telah diterbitkan oleh Building and Understanding for Food Excess in Tourism (BUFFET) yang dikembangkan oleh The Asia Pacific Asia Travel Association (PATA). Ada juga referensi dari Sustainable Food Tools-ways Communicate with Guests, Universitas Vienna, Hotels Kitchens-Toolskit dari UNWTO, dan lainnya. 

Langkah lainnya yang bisa diambil industri dengan melakukan monitoring, seperti penggunaan kuantitas, komposisi makanan, ketersediaan sarana pemilahan, dan metode pengelompokan limbah untuk komposting.

Industri juga bisa melakukan pemilahan antara limbah padat, seperti penggunaan plastik, alumunium foil, kertas makanan, sisa minyak goreng, dan lainnya dengan tepat. Sehingga limbah bisa diminimalisir dengan baik.

Mengapa Limbah Makanan Menjadi Masalah Lingkungan?

Untuk setiap makanan terbuang, terdapat biaya lingkungan yang harus dibayarkan. Saat ini, sekitar 70% air tawar yang tersedia digunakan untuk mengairi tanaman dan menghasilkan makanan. Pengemasan dan pengangkutan makanan juga memerlukan air. Ketika makanan dibuang, maka air tersebut juga terbuang sia-sia. Jumlah air yang terbuang setara dengan 170 triliun liter atau 45 triliun galon air per tahun.

Menurut WHO, jumlah minimum air yang dibutuhkan setiap orang per hari 15.20 liter. Jika sebagian kecil dari air yang terselamatkan, hal tersebut dapat membantu menyediakan air bagi orang-orang di seluruh dunia.

Selain itu limbah makanan menjadi pemicu emisi gas rumah kaca. Saat mereka membusuk, ia menghasilkan gas rumah kaca yang disebut metana, yang lebih berbahaya dari CO2. Gas rumah kaca juga dikeluarkan dalam produksi dan transportasi makanan. Kelebihan jumlah gas rumah kaca metana, CO2, dan CFC menyerap radiasi infra merah dan memanaskan atmosfer bumi, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Para ilmuwan percaya, jika kita bisa mengendalikan limbah makanan, kita dapat mencegah 11% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sistem pangan.

Tinggalkan Balasan