Archives Februari 2023

Deretan Rekomendasi Film Tentang Lingkungan

9 Rekomendasi Film Tentang Lingkungan yang Wajib Ditonton

Membahas mengenai lingkungan, tentu tidak selalu harus mengenai aktivitas yang dilakukan oleh lingkungan. Kita juga bisa menonton beberapa film yang bisa menjadi inspirasi dan membuat kita lebih peduli terhadap lingkungan. Baik itu di posisi sebagai masyarakat maupun sebagai profesional di sebuah perusahaan. Beberapa film tentang lingkungan yang cukup di rekomendasikan untuk Anda.

Berbicara mengenai lingkungan, tentu kita tidak hanya melihat lingkungan dari aspek-aspek kecilnya saja. Lingkungan memiliki cakupan yang luas. Pada dunia industri, industri perlu menjaga lingkungan dari sisi paparan pencemaran yang mungkin saja bisa merusak lingkungan.
Ketika lingkungan rusak, tentu hal tersebut membuat kerugian yang cukup besar bagi Perusahaan dan Pemerintah. Bukan hanya tentang kehilangan uang untuk mengembalikan kondisi lingkungan menjadi lebih baik, tetapi juga perlu penanganan-penanganan lain yang perlu dilakukan demi menjaga keberlangsungan ekosistem serta dampak buruk bagi karyawan di sekitar lingkungan kerja dan masyarakat sekitar.

Terkadang untuk menjaga lingkungan, kita tidak bisa peduli jika kita tidak melihat langsung kondisi yang terjadi di lapangan. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, Anda bisa menonton film-film yang membahas tentang lingkungan dari segala aspek industri yang dijalankan. Terlebih banyak film tentang lingkungan yang bergenre dokumenter atau film tentang “kenyataan.” Beberapa film tentang lingkungan yang bisa menjadi rekomendasi untuk ditonton.

Deretan Film Tentang Lingkungan

Trashed (2012)

Film yang tayang perdana pada 2012 ini adalah dokumenter yang disutradarai oleh Candida Brady, menggambarkan seorang peneliti yang berkelana ke kota-kota besar di seluruh dunia yang memiliki kualitas lingkungan yang buruk. Bahkan si peneliti sempat melancong ke Indonesia, dan membuat dokumentasi mengenai kerusakan yang terjadi pada Sungai Ciliwung di Jakarta.

The Salt of The Earth (2014)

Jika Trashed menggambarkan perjalanan seorang peneliti, The Salt of The Earth menggambarkan perjalanan seorang Fotographer bernama Sebastiao Salgado. Film ini menceritakan ekspedisi yang dilakukan Salgado di berbagai belahan dunia dengan menyorot mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi di lokasi-lokasi yang dikunjungi.
Penonton juga diarahkan bagaimana kondisi lingkungan yang rusak akibat kegiatan industri yang terjadi.

Baca Juga: 3 Prioritas Mempercepat Dekarbonisasi Industri

How To Change World (2015)

Film ini dihadirkan menggambarkan mengenai berdirinya Organisasi Greenpeace pada era tahun 70-an. Film ini juga menceritakan bagaimana kejamnya manusia terhadap hewan, terutama pada ikan Paus yang diburu oleh manusia.

Tentu How to Change World memberikan gambaran kepada penonton tanpa memberikan tujuan bahwa film tersebut membahas mengenai lingkungan.

A Plastic Ocean (2016)

A Plastic Ocean merupakan sebuah film yang menceritakan sampah plastik di lautan. Tentu akibat dari Plastik tersebut membuat kerusakan pada biota laut hingga kematian terhadap hewan laut.

Film Dokumenter yang di kreasikan oleh Craig Lesson seorang Jurnalis yang datang ke lautan untuk meneliti paus biru, tetapi malah melihat masalah sampah plastik yang ada di Samudera Hindia.
Craig juga menemukan bagaimana biota laut mengalami kekurangan gizi, menelan sampah plastik, hingga kura-kura yang tidak mampu menyelam akibat menelan sampah plastik dan menghasilkan gas metana di dalam perutnya.

A Plastic Ocean juga memberikan solusi kepada para masyarakat bagaimana mengurangi sampah plastik.

Pulau Plastik (2020)

Tidak jauh berbeda, Pulau Plastik menjadi salah satu Film tentang Lingkungan yang hampir mirip dengan A Plastic Ocean. Hanya saja film ini menggambarkan suatu tempat di Indonesia, terutama Pulau Bali.

Film ini membuka mata para penonton mengenai kondisi sampah plastik yang tidak mudah dengan kampanye yang selalu dilakukan mengenai penggunaan plastik. Coba tonton film ini untuk menyaksikan bagaimana para pemeran melakukan penelusuran mengenai sampah plastik hingga melakukan uji lab lingkungan mengenai sampah tersebut.

Our’s Mother Land (2020)

Film ini juga masih berlatar belakang lokasi di Indonesia, menceritakan mengenai perjuangan masyarakat di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah yang disutradarai oleh Leo Plunkeet. Our’s Mother Land menceritakan para aktivis perempuan yang melakukan protes kepada Pemerintah mengenai keberadaan Pabrik Semen di Desa mereka.

Para aktivis perempuan memperjuangkan bahwa keberadaan Pabrik semen akan merusak lingkungan di desa mereka dan juga akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat di desa tersebut.

Baca Juga: Penanganan dan Monitoring Limbah Industri Semen

Semes7a (2020)

Film ini menceritakan perjuangan 7 aktivis lingkungan yang berusaha untuk melawan krisis perubahan iklim di Indonesia, di wilayah yang berbeda dan memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.
Semes7a menggambarkan mengelola lingkungan sesuai dengan ajaran budaya, agama, dan kepercayaan di setiap lokasi mereka. Tetapi memiliki benang merah kepada agama. Film ini juga memberikan pesan, bagaimana setiap orang mampu memberikan dampak terbaik bagi alam.

Erin Brockovich (2000)

Film ini hadir sebelum Our’s Mother Land, Erin Brockovich bercerita tentang seorang perempuan yang melakukan perjuangan untuk melawan korporasi yang melakukan pencemaran udara dan air di lingkungan mereka. Ia pun berjuang untuk membela hak-hak para keluarga yang terdampak.

Tenggelam dalam Diam (2021)

Menceritakan berbagai masalah lingkungan yang terjadi mulai dari polusi, penggundulan hutan, kenaikan suhu bumi, mencair-nya es di kutub, kenaikan air laut, dan abrasi. Film ini juga menceritakan dampak perubahan iklim yang terjadi di pesisir.

Pada film yang disutradarai oleh Dandhy Laksono ini, mereka juga menggambarkan mengenai kondisi masyarakat yang dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi yang terjadi, karena tidak ada pilihan.

Itulah beberapa film tentang lingkungan yang cukup rekomendasi untuk ditonton. Jika Perusahaan Anda ingin melakukan pengujian lingkungan, Anda bisa menghubungi tim A3 Laboratories dengan berkunjung ke website A3 Laboratories yaitu Lab.id.

Mengukur tingkatan pencemaran lingkungan

4 Tingkatan Pencemaran Lingkungan yang Perlu Diketahui

Masalah lingkungan terjadi akibat dari aktivitas manusia yang secara sadar atau tidak sadar merusak lingkungan itu sendiri. Kerusakan lingkungan menjadi efek berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap pencemaran lingkungan memiliki tingkatan berdasarkan keparahannya, sehingga terdapat tingkatan pencemaran lingkungan yang bisa diukur dengan kondisi rusaknya lingkungan tersebut. 

Perubahan lingkungan tentu akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan yang menimbulkan efek berbahaya terhadap ekosistem di sekitar. Baik itu aspek biologis maupun aspek fisik. Terdapat masalah lingkungan utama, terutama pada pencemaran udara, tanah, air, maupun suara. Serta pencemaran sampah yang ditimbulkan dari aktivitas rumah tangga. 

Pencemaran lingkungan memang tidak melulu disebabkan oleh aktivitas industri ataupun manusia. Karena, ada beberapa pencemaran lingkungan yang terjadi akibat dari kejadian alami, seperti kebakaran hutan dan meletusnya gunung berapi. Tetapi sebagian besar kerusakan lingkungan disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama aktivitas industri. 

Jenis Pencemaran

Sebelum membahas mengenai tingkatan pencemaran, kita juga perlu mengetahui jenis-jenis pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar. Ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh industri dan juga masyarakat, bagaimana nantinya industri bisa lebih aktif untuk mengurangi pencemaran. 

Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya partikel dan gas ke dalam udara. Partikel dan gas dengan berbagai jenis yang menyebabkan udara tercemar. Partikel dan gas akan masuk ke dalam atmosfer, sehingga membuat udara tercemar. Pencemaran udara disebabkan dari aktivitas industri, kendaraan bermotor, maupun pembakaran sampah yang tidak ramah lingkungan.

Baca Juga: 5 Dampak Pencemaran Udara bagi Manusia dan Lingkungan

Pencemaran Air

Jenis pencemaran selanjutnya adalah pencemaran air. Pencemaran air merupakan tercemarnya sumber air, baik itu sungai, danau, maupun laut. Tercemarnya air disebabkan pembuangan limbah cair industri ke sumber. Terkadang limbah cair yang dibuang oleh industri atau manusia tidak melalui proses pengolahan yang baik, sehingga masih ada partikel yang merusak ekosistem sumber air.

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah mungkin jarang sekali terdengar, selain dua pencemaran diatas lainnya.

Pencemaran tanah memang tidak banyak disebabkan oleh aktivitas industri, melainkan aktivitas pertanian yang dilakukan oleh para pelaku pertanian. Dimana disebarnya pestisida untuk memberantas hama pada tanaman menjadi salah satu pemicu pencemaran tanah. 

Pestisida memiliki kandungan kimia yang dapat merusak kandungan tanah.

Pencemaran Suara

Banyak yang tidak mengetahui, bahwa suara yang dihasilkan dari aktivitas industri menjadi pencemaran. Selain dari aktivitas industri, pencemaran udara disebabkan kebisingan lalu lintas ataupun konser musik. Suara yang keras dapat menyebabkan gangguan kesehatan kepada manusia maupun satwa.

Tidak hanya di darat, di laut pun dapat menyebabkan kebisingan. Kebisingan tersebut ditimbulkan dari aktivitas lalu lintas kapal yang mengganggu kehidupan paus dan lumba-lumba.

Tingkatan Pencemaran

Apa saja Tingkatan Pencemaran Lingkungan

Source: Pexels.com

Pencemaran sendiri memiliki tingkatan atau level yang perlu ditindaklanjuti. Ada beberapa tingkatan pencemaran lingkungan, mengutip dari dlh.semarangkota.go.id, ada beberapa kategori pencemaran:

Level Pertama

Tingkatan pencemaran lingkungan level pertama, merupakan pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi lingkungan, manusia, dan satwa. Baik itu dari sisi polutan maupun kontaknya dengan lingkungan.

Level Kedua

Pada tingkatan pencemaran level kedua ini, adanya pencemaran yang menimbulkan masalah pada bagian tubuh manusia, seperti iritasi ringan pada manusia serta alat vegetatif lainnya. Pencemaran tingkat kedua juga menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.

Level Ketiga

Pencemaran level ketiga, merupakan pencemaran yang sudah menimbulkan reaksi cukup fatal pada tubuh manusia dan dapat menyebabkan penyakit kronis.

Level Keempat

Level keempat menjadi pencemaran yang sudah cukup parah, hingga mampu menyebabkan kematian pada manusia maupun hewan. Pencemaran level keempat ini terjadi akibat tingginya polutan yang mencemari lingkungan.

Baca Juga: Ancaman Limbah Industri Pulp dan Kertas

Pengendalian Pencemaran

Proses pengendalian pencemaran lingkungan sudah dilakukan bertahun-tahun, mulai dari tingkatan lokal, nasional, hingga internasional di seluruh negara dunia. Bahkan seluruh negara sudah membuat perjanjian untuk mengurangi zat emisi yang berdampak pada lingkungan. 

Upaya pengendalian pencemaran lingkungan sudah dilakukan dengan banyak cara, tetapi masih banyak hambatan yang ditemukan dilapangan. Tentu karena masih banyak pihak-pihak yang tidak mau mengikuti regulasi-regulasi dari Pemerintah. Sehingga masih terjadinya banyak pencemaran lingkungan, baik yang dilakukan oleh industri maupun masyarakat biasa. 

Jika industri perlu melakukan uji dan monitoring lingkungan, bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan yang sudah terakreditasi, seperti PT Advanced Analytics Asia Laboratories. Hubungi tim kami untuk melakukan pengendalian lingkungan.

Melakukan Pengujian Air Limbah Industri secara tepat dan akurat

Proses Pengujian Air Limbah Industri oleh Laboratorium Lingkungan

Pengujian air limbah perlu dilakukan secara rutin oleh industri untuk mengetahui kadar air limbah yang dihasilkan dari setiap aktivitas bisnis. Industri bisa menggandeng pihak eksternal, seperti Laboratorium Lingkungan untuk melakukan pengujian air limbah. Pengujian air limbah industri diatur dalam regulasi Pemerintah yang diawasi cukup ketat. Oleh sebab itu, industri tidak boleh abai dalam tahap ini.

Proses pengujian air limbah sangat perlu dilakukan oleh industri untuk mengetahui, apakah wilayah industri mengalami pencemaran air atau tidak. Untuk proses pengujian pun sudah diatur dalam peraturan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 37 Tahun 2003 Tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

Dalam melakukan pengujian, industri perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan. Salah satu Laboratorium Lingkungan yang bisa menjadi pilihan bagi industri adalah PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories yang sudah mendampingi lebih dari 1000 Industri di seluruh Indonesia dalam melakukan pengujian lingkungan, termasuk pengujian air limbah. 

Metode Pengambilan Air Limbah Berdasarkan SNI 6989.57:2008

Pada SNI 6989.57:2008, dijelaskan secara lengkap tata cara pengambilan air limbah, contoh pengambilan berdasarkan sumber air, dan sesuai dengan parameter yang akan diuji. 

Pengujian Kualitas Air Secara Umum

Cara Pengambilan dilakukan dengan tahapan:

  • Penguji mengambil sampel air menggunakan alat pengambil sesuai dengan keadaan sumber air. 
  • Penguji harus membilas alat pengambil sampel dengan air yang akan diambil, sebanyak tiga kali. 
  • Ambil sampel air sesuai pada peruntukan pengujian analisis dan campurkan dengan penampung sementara, lalu homogen-kan. 
  • Air pengujian yang sudah diambil, perlu dimasukan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan.
  • Penguji akan segera melakukan pengujian untuk mengecek parameter suhu, kekeruhan, daya hantar listrik, pH, dan oksigen terlarut. Hal ini dikarenakan parameter tersebut dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan.
  • Penguji akan mencatat hasil analisa dari sampel air yang sudah diambil pada buku khusus.
  • Pengujian sampel air di Laboratorium dilakukan dengan melakukan pengawetan.

Untuk sampel air yang akan diuji kandungan senyawa organiknya dan logam runutan-nya, maka penguji tidak perlu melakukan pembilasan pada alat pengambil sampel tersebut. Tetapi menggunakan botol bersih siap pakai. 

Apabila pengambilan sampel air dilakukan secara merawas, maka penguji akan mengambil sampel dari Hilir.

Baca Juga: Pentingnya Rutin Melakukan Pengolahan Air Limbah 6 Bulan Sekali

Pengambilan Sampel untuk Pengujian Oksigen

Pengujian air limbah, pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara-cara berbeda. Untuk menguji parameter oksigen. Adapun langkah yang perlu dilakukan adalah:

  • Menggunakan Alat DO langsung
  • Gunakan alat
  • Nilai oksigen akan terbaca secara langsung

Cara Umum:

Pengukuran dilakukan dengan cara:

  1. Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui, dilengkapi dengan tutup asah
  2. Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau bisa menggunakan sifon. 
  3. Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama pengisian, lalu botol ditutup.

Cara Khusus:

Tahapan pengambilan air sampel dengan cara khusus dilakukan dengan cara:

  1. Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui, dilengkapi dengan tutup asah
  2. Masukan botol ke dalam air alat khusus
  3. Ikuti panduan alat uji
  4. Alat pengambil sampel bisa segera ditutup, setelah terisi penuh

Pengambilan sampel untuk pengujian senyawa organik mudah menguap (Volatile Organic Compound; VOC):

  1. Saat melakukan pengambilan sampel uji, penguji harus menggunakan sarung tangan lateks terus digunakan. Tidak boleh menggunakan sarung tangan plastik atau sintetis.
  2. Saat mengambil sampel, sampel tidak boleh terkocok, untuk menghindari terjadinya aerasi. Aerasi adalah hilangnya senyawa volatil dalam sampel uji.
  3. Jika menggunakan alat bailer: 
    1. Tidak menyentuh bagian septa, buka vial VOC 40 mL dan masukan contoh secara perlahan ke dalam vial, hingga terbentuk convex meniscus di puncak vial.
    2. Tutup vial secara hati-hati dan tidak boleh ada udara masuk di dalam vial.
    3. Balikan vial, jika muncul gelembung maka sampel uji harus diambil ulang.
  4. Penguji akan memberikan label pada setiap vial, jika menggunakan botol bening akan dilakukan pembukusan menggunakan alumunium foil dan simpan di tempat pendingin. 
  5. Apabila air limbah mengandung residual klorin tambahkan 80 Mg Na₂₂₂SO3 ke dalam 1L
  6. Contoh VOC karena sifat volatil, maka pengambilan contoh dilakukan secara sesaat, bukan komposit.

Pengujian Air mengambil Sampel untuk Senyawa Aromatik dan Akrolein dan Akronitril

Pengujian air limbah industri, perlu dilakukan secara rutin

Source: Forbes.com

Tahapan pengambilan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Pengambilan sampel, dilakukan dengan mengisi vial setengah dan sisanya ditambahkan dengan asam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
  2. Pengujian Akrolein dan Akronitril, dilakukan dengan mengatur pH 4-5
  3. Sampel Akrolein dan Akronitril harus dianalisa dalam waktu 3 hari setelah pengambilan sampel.

Pengambilan sampel Senyawa Organik

Pengambilan sampel untuk senyawa organik yang bisa diekstraksi dilakukan dengan cara: 

  1. Ambil sampel dengan Bailer
  2. Buka tutup botol gelas 1 L secara hati-hati agar tidak menyentuh bagian dalam tutup 
  3. Isi botol hingga 1 cm dari puncak botol
  4. Jika satu bailer tidak cukup untuk mengisi botol, tutup botol untuk menghindari kontaminasi sampel dan ambil kembali sampel, lalu lanjutkan pengisian botol
  5. Apabila sampel memerlukan analisa pestisida, pH sampel harus diatur sekitar 5-9 dengan menggunakan H₂SO₄ atau NaOH.

Baca Juga: Kenapa Air Limbah Domestik Perlu Diuji?

Pengujian Logam Terlarut

  • Bilas botol dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa
  • Buang air pembilas dan isi botol sampel hingga beberapa cm di bawah puncak botol agar tersedia ruang untuk menambahkan pengawet dan melakukan pengocokan.

Pengujian Parameter Lapangan

Pengujian parameter air yang dapat berubah dengan cepat, perlu dilakukan secara langsung, antara lain; pH, Suhu, daya hantar listrik, klor, dan oksigen terlarut.

Kesimpulan

Jika Anda ingin melakukan pengujian air limbah, Anda bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan seperti PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories yang sudah mendapatkan sertifikat KAN dan SNI untuk pengujian air limbah. Dapatkan informasi layanan dari A3 Laboratories dengan klik disini.

Bagaimana Mengelola Limbah Makanan bagi rumah tangga maupun industri

Indonesia menjadi Negara Penghasil Limbah Makanan Terbesar

Membahas mengenai limbah dan pencemaran lingkungan, mungkin tidak saja membicarakan hasil atau bahan yang tidak terpakai dari kegiatan industri atau pabrik. Limbah juga bisa dihasilkan dari makanan yang terbuang. Data United Nations Environment Programme (UNEP) 2021, Indonesia menjadi penghasil limbah makanan terbesar mencapai 20.93 juta ton setiap tahunnya. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang menghasilkan limbah makanan terbesar di ASEAN.

Meskipun begitu, jika menelisik data yang dimiliki oleh Statista.com, pada tahun 2020 Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang menghasilkan sampah makanan. Diatas Indonesia terdapat Nigeria, India, dan China.

China menghasilkan 91.65 ton sampah makanan, India menghasilkan 68.76 juta ton, Nigeria 37.94 juta ton, dan Indonesia 20.94 juta ton. 

Fakta bahwa makanan diproduksi, namun tidak dimakan oleh manusia memiliki dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Diperkirakan limbah makanan menjadi penyumbang efek rumah kaca (ERK) sebesar 8-10% secara global. Angka tersebut tentu cukup besar. 

Disini peran masyarakat sebagai penghasil limbah makanan terbesar, maupun industri menjadi cukup penting. Mereka perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi jumlah limbah makanan. Pemerintah juga perlu mengawasi secara ketat.

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Sumber Limbah Makanan

Berbagai sumber mengatakan bahwa, limbah makanan yang terbesar merupakan hasil dari rumah tangga. Sumber lainya berasal dari industri jasa makanan. Tentu ini menjadi masalah bersama, ketika intensitas sampah makanan terbuang begitu saja di kalangan rumah tangga.

Menurut Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), food loss dan food waste Indonesia selama 2000-2019 mencapai 150-184 kg per kapita per tahun, seharusnya dapat memberi makan 30-40% populasi masyarakat Indonesia. Jumlah tersebut setara juga dengan 4-5% GDP Indonesia.

Food Loss adalah bahan pangan yang terbuang dalam rantai pasokan dari petani hingga ke pasar. Hal ini disebabkan pengemasan yang tidak baik, hingga membuat bahan pangan terbuang dan tidak bisa dijual kembali. 

Tentu kondisi ini menjadi sebuah paradoks, sebab ada kesenjangan seperti produksi berkurang namun konsumsi menjadi limbah.

Mengurangi Limbah Makanan Rumah Tangga

Mengenal Limbah Makanan dan Kenapa menjadi Masalah Lingkungan

Limbah makanan menjadi salah satu penyumbang Efek Gas Rumah Kaca. Source: Petikine.com

Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia menjadi negara penghasil limbah makanan tertinggi di Asia Tenggara di 2021. Masyarakat nusantara diprediksi membuang sekitar 77 kilogram/kapita setiap tahun. Angka tersebut tentu sangat memprihatinkan.

Begitu juga yang disampaikan oleh Deputi Bidang Kerawanan Pangan, Gizi, Badan Pangan Nasional Republik Indonesia, Nyoto Suwignyo pada Seminar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta di Agustus 2022.

Nyoto mengungkapkan, lebih kurang terdapat 59,8 kg makanan per kapita per tahun yang terbuang secara sia-sia. Dimana, 28 kg berasal dari sampah rumah tangga dan sisanya bersumber dari non rumah tangga.

Jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini, jumlah makanan yang terbuang mencapai 16,3 juta ton. 

Diketahui, dari angka 59,8 kg per kapita tersebut 2,7 kg merupakan beras, 7,3 kg adalah sayur, 5 kg adalah buah, 2,8 kg tempe- tahu-oncom, selebihnya adalah daging, ikan, daging, dan lain-lain. 

Padahal untuk menghasilkan satu butir padi dibutuhkan waktu sangat lama sekitar 3-4 bulan. Dan hanya dibuang secara sia-sia.

Baca Juga: Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Langkah-Langkah Mengurangi Limbah Makanan

Selektif dalam Membeli Makanan

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah makanan, dengan selektif dalam membeli makanan. Pastikan makanan yang Anda beli, benar-benar Anda butuhkan dan akan di makan oleh Anda atau pihak yang akan Anda berikan.

Anda juga bisa memilah mana makanan yang cepat busuk atau basi, dan mana yang awet. Jika cepat busuk dan basi, sebaiknya jangan membeli dalam porsi banyak. Anda beli secukupnya saja, agar tidak menjadi sampah di lain hari.

Berbelanja Dengan Bijak

Sampah makanan bisa dihasilkan dari makanan-makanan mentah, seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan. Anda bisa berbelanja secukupnya. Jangan sampai terdapat sisa yang membuat makanan tersebut menjadi busuk dan tidak bisa di konsumsi. Karena hal tersebut akan menjadikan makanan mentah menjadi limbah. 

Memasak Tanpa Resep

Menurut Chef di Institute of Culinary Education, Barbara Rich pernah menyatakan memasak dengan mengikuti resep sering menyisakan banyak sampah makanan. “Pikirkan mengenai makanan yang disukai untuk di masak. Dengan begitu Anda bisa menyimpan makanan yang di masak di lemari es dan membuat banyak makanan berbeda,” terangnya seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Menyimpan Makanan dengan Baik

Cara penyimpanan makanan dengan baik juga dibutuhkan untuk bisa menghindari makanan basi. Seperti buah dan sayur bisa di simpan di Kulkas dengan tetap menjaga suhu dengan baik. Jika Anda menggunakan makanan kaleng, setelah di buka, jangan menyimpan makanan dengan kaleng tersebut.

Makan Secukupnya

Ketika Anda sedang makan di luar seperti restoran atau cafe, Anda harus makan secukupnya. Jangan sampai terdapat sisa makanan yang hanya akan menjadi limbah makanan diluar sana. 

Mengurangi Limbah Makanan Industri Jasa Makanan & Pariwisata

Tidak hanya rumah tangga, limbah makanan dihasilkan dari industri jasa makanan dan pariwisata. Tak khayal, memang banyak Restoran, Cafe, Hotel yang membuang sisa makanan karena tidak dihabiskan oleh customer mereka.

Karena menurut data 31,8 kg/per kapita makanan dari Industri jasa makanan dan pariwisata terbuang begitu saja.

Limbah makanan merupakan biaya utama dari industri turisme dan hospitality. Pemerintah Inggris Raya memperkirakan nilainya berkisar 3 miliar Euro per tahun pada 2014. Nilai tersebut dihasilkan mulai dari persiapan dan masak 50%, sisa di piring konsumen 35%, dan penyajian atau penyimpanan 15%. Tiga kelompok limbah tersebut terdiri dari buah dan sayur, roti, dan daging. 

Ada riset yang dilakukan oleh Filimonau dan rekannya di 2021, sedikit makanan terbuang dalam rantai bisnis afiliasi. Fine dining lebih banyak terbuang di dapur. Sedangkan di layanan budget murah dan cepat lebih banyak makanan terbuang di piring. Perusahaan besar lebih sedikit membuang sisa makanan dari konsumen. Mereka lebih sukses dalam efisiensi layanan.

Bagaimana Industri Mengurangi Limbah Makanan

Limbah Makanan juga berasal dari Industri, baik itu Industri jasa makanan maupun pariwisata

Limbah makanan Industri. Source: Economictimes.indiatimes.com

Sejumlah hasil pemetaan yang dikutip dari Mongabay.co.id, ada faktor internal yang menyebabkan meningkatnya jumlah limbah makanan di antaranya pasifnya manajemen internal dalam keberlanjutan lingkungan tidak menjadi prioritas.

Padahal, industri bisa melakukan cara praktis dalam mengurangi food waste, diantaranya; pihak manajemen dapur harus mampu memperkirakan jumlah permintaan, meminta koki peduli terhadap lingkungan untuk mengurangi sisa makanan, dan menggunakan menu sesuai dengan yang tersedia.

Selain itu, beberapa cara juga bisa dilakukan dengan melakukan kolaborasi antara petani, industri, dan konsumen. 

Selain itu, industri juga bisa menggunakan beberapa referensi yang telah diterbitkan oleh Building and Understanding for Food Excess in Tourism (BUFFET) yang dikembangkan oleh The Asia Pacific Asia Travel Association (PATA). Ada juga referensi dari Sustainable Food Tools-ways Communicate with Guests, Universitas Vienna, Hotels Kitchens-Toolskit dari UNWTO, dan lainnya. 

Langkah lainnya yang bisa diambil industri dengan melakukan monitoring, seperti penggunaan kuantitas, komposisi makanan, ketersediaan sarana pemilahan, dan metode pengelompokan limbah untuk komposting.

Industri juga bisa melakukan pemilahan antara limbah padat, seperti penggunaan plastik, alumunium foil, kertas makanan, sisa minyak goreng, dan lainnya dengan tepat. Sehingga limbah bisa diminimalisir dengan baik.

Mengapa Limbah Makanan Menjadi Masalah Lingkungan?

Untuk setiap makanan terbuang, terdapat biaya lingkungan yang harus dibayarkan. Saat ini, sekitar 70% air tawar yang tersedia digunakan untuk mengairi tanaman dan menghasilkan makanan. Pengemasan dan pengangkutan makanan juga memerlukan air. Ketika makanan dibuang, maka air tersebut juga terbuang sia-sia. Jumlah air yang terbuang setara dengan 170 triliun liter atau 45 triliun galon air per tahun.

Menurut WHO, jumlah minimum air yang dibutuhkan setiap orang per hari 15.20 liter. Jika sebagian kecil dari air yang terselamatkan, hal tersebut dapat membantu menyediakan air bagi orang-orang di seluruh dunia.

Selain itu limbah makanan menjadi pemicu emisi gas rumah kaca. Saat mereka membusuk, ia menghasilkan gas rumah kaca yang disebut metana, yang lebih berbahaya dari CO2. Gas rumah kaca juga dikeluarkan dalam produksi dan transportasi makanan. Kelebihan jumlah gas rumah kaca metana, CO2, dan CFC menyerap radiasi infra merah dan memanaskan atmosfer bumi, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Para ilmuwan percaya, jika kita bisa mengendalikan limbah makanan, kita dapat mencegah 11% emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sistem pangan.

Berbagai macam Limbah Industri Pulp & Kertas

Ancaman Limbah Industri Pulp dan Kertas

Pabrik kertas merupakan industri yang cukup populer di Indonesia. Banyak perusahaan kertas berasal dari Holding Company raksasa Indonesia. Selain itu, industri Pulp dan Kertas masih menjadi industri yang cukup menjanjikan. Namun, industri tersebut meninggalkan masalah limbah yang merusak lingkungan. Apa saja limbah Industri pulp dan kertas yang sering ditemui?

Industri kertas masuk dalam golongan industri penghasil produk kayu olahan dan turunannya, seperti pulp, paper, plywood, hingga furniture. Industri ini menjadi penopang ekonomi Indonesia. Hingga awal 2022, Indonesia memiliki 99 pabrik kertas yang tersebar di berbagai wilayah. 

Pertumbuhan Industri Kertas

Di saat Covid-19 melanda seluruh dunia, industri kertas masih memberikan hasil positif dengan pertumbuhan 2,1% secara global. Sedangkan di dalam negeri tumbuh 63% dalam rentang waktu 2017-2022.

Produktivitas industri pulp dan kertas tumbuh signifikan tak terlepas dari kondisi geologi Indonesia. Tanah Indonesia cukup baik sebagai pengembangan tanaman industri dibandingkan dengan negara lain. Sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. 

Menurut Katadata, pada April 2021, industri pulp dan kertas menghasilkan Rp 101 triliun nilai ekspor dan menyerap investasi hingga Rp 8,22 triliun pada 2019. 

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Masalah Lingkungan Pabrik Kertas

Ancaman Limbah Industri Pulp dan Kertas di Indonesia

Source: Liputan6.com

Meskipun menyumbang devisa yang cukup besar terhadap negara, Industri kertas dari pabrik-pabrik kertas yang ada menyumbang pencemaran lingkungan yang cukup besar. Industri kertas dianggap sebagai industri yang dianggap sebagai industri penyumbang pencemaran terbesar di dunia.

Pencemaran lingkungan dihasilkan dari proses produksi kertas. Berbagai bahan limbah terdiri dari ampas, dreg, kapur, abu pembakaran, kulit dan serbuk kayu, dan limbah lumpur. 

Pembuatan pulp atau bubur kertas merupakan tahap awal pencemaran industri terbesar di industri ini. Selain itu, pemutihan menjadi langkah terakhir dari proses pemutihan sumber kertas. Dalam prosesnya sangat intensif menggunakan energi dan air dalam hal pemanfaatan air tawar. 

Limbah Cair

Air limbah yang dihasilkan dari industri kertas merupakan bahan kimia konsentrasi tinggi seperti natrium hidroksida, natrium karbonat, natrium sulfida, bisulfit, klorin dioksida, kalsium oksida, asam klorida, dan sebagainya. Masalah utama dari air limbah merupakan kandungan organik tinggi (20-110 kg COD/kering kertas kering udara), pewarnaan coklat gelap, dan berbagai polutan beracun lainnya. Dimana air digunakan cukup banyak dalam proses pemutihan kertas.

Limbah Padat

Tidak hanya limbah cair, industri kertas juga menghasilkan limbah padat yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat seperti lumpur, kapur, abu boiler dan tungku, lumpur scrubber, residu kayu, dan lumpur pengolahan air limbah.

Pembuangan limbah padat pada industri kertas perlu dilakukan dengan tepat, karena dampaknya pada lingkungan cukup besar. 

Limbah Gas

Limbah gas dihasilkan dari proses kraft pulping dan pemulihan bahan kimia yang menghasilkan gas sulfur berbau dan uap yang menyebabkan polusi udara, seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, metanol, aseton, dan kloroform. Pencemaran udara yang paling sering ditemukan adalah uap air. 

Setiap limbah yang dihasilkan perlu dilakukan proses yang berbeda. Jumlah, jenis, dan karakteristik dari limbah perlu diketahui secara baik sehingga bisa dilakukan pengelolaan yang tepat. 

Strategi pembuangan, terutama pembuangan limbah padat yang dihasilkan oleh industri kertas bervariasi menyesuaikan pada peraturan yang berlaku. Seperti PP 85 Tahun 1999, KepMenPerin No 514 Tahun 2015 Tentang Penetapan Industri Hijau untuk Industri Pulp dan Pulp terintegrasi Kertas menjadi acuan dalam pengelolaan limbah industri pulp dan kertas.

Baca Juga : Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Pengelolaan Limbah Industri Pulp dan Kertas

Industri Pulp dan Kertas menjadi industri yang cukup banyak mengkonsumsi air dan energi. Air limbah dan limbah padat menjadi masalah utama dari Pabrik Pulp dan Kertas, karena industri ini banyak mengkonsumsi air dalam proses produksi.

Selama aktivitas proses produksi pulp dan kertas, menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah lingkungan di kemudian hari. Untuk mengatasi masalah tersebut, tentu perlu dilakukan beberapa langkah, seperti: Penggunaan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan. 

Selain itu, pendekatan yang dilakukan bisa dengan dua cara:

Pemulihan dan Daur Ulang Bahan Kimia

Sistem ini penting dalam proses pembuatan pulp kimia secara signifikan dalam mengurangi polutan. Terlebih cara ini cukup ekonomis untuk dilakukan. 

Hampir seluruh pabrik Pulp dan Kertas di seluruh dunia menggunakan cara ini dalam sistem pemulihan bahan kimia. Selain itu, sistem scrubber partikulat “baghouses” atau electrostatic precipitators (ESPs) sering dijadikan sebagai alat pengontrol polusi udara. 

Regulasi Integrasi Polusi, Pencegahan, dan Pengendalian

Metode ini diklaim menjadi metode yang efektif dalam mengurangi biaya, tanggung jawab, dan beban regulasi pengelolaan limbah berbahaya. Untuk limbah B3 bisa dilakukan langkah-langkah: 

  • Produksi, perencanaan, dan pengurutan
  • Penyesuaian dan atau modifikasi proses
  • Penggantian bahan baku
  • Pemilahan 
  • Daur ulang

Kesimpulan

Permintaan kertas selalu meningkat setiap hari akibat dari perkembangan populasi dan industrialisasi. Pemanfaatan air dan energi menjadi perhatian penting di seluruh dunia. Industri Pulp dan Kertas menjadi salah satu industri yang cukup banyak menghasilkan limbah, terutama limbah cair. Selain itu, pengelolaan limbah padat juga menjadi perhatian penting juga. 

Minimalisir jumlah limbah yang dihasilkan menjadi pendekatan yang cukup penting untuk dilakukan oleh industri pulp dan kertas. Baik itu dalam menghilangkan polusi udara, pencemaran air, dan tanah. Limbah industri pulp dan kertas perlu dilakukan cara-cara preventif untuk mengurangi dan mengatasinya, demi menghindari kerusakan lingkungan yang lebih parah. 

Saat ini, industri kertas perlu mencari cara untuk menjaga lingkungan sekitar. Salah satunya dengan melakukan uji dan analisa lingkungan secara rutin. Industri Pulp dan Kertas bisa melakukan pengujian bersama Laboratorium Lingkungan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi tim kami untuk uji dan analisa.