Category News

Penanganan Limbah Industri Semen

Penanganan dan Monitoring Limbah Industri Semen

Industri semen merupakan salah satu industri strategis nasional yang diperuntukan dalam merealisasikan program Pemerintah. Tetapi sebagai pelaku industri semen, Anda tidak boleh abai terhadap kondisi limbah industri semen yang dihasilkan dari produksi setiap harinya. Pastikan sebelum dibuang ke lingkungan, limbah sudah aman sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) atau Baku Mutu udara yang berlaku.

Saat ini hampir di seluruh provinsi memiliki pabrik semen masing-masing. Tentu keberadaan Pabrik yang dekat akan mengurangi biaya produksi dan distribusi semen ke masyarakat. Selain itu, semen akan mampu merealisasikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah industri.

Dibalik itu semua, industri semen memberikan hal negatif bagi lingkungan, yaitu limbah semen yang dihasilkan dalam proses produksi. Hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar industri. Bahkan setiap tahapan produksi semen, dari penyiapan bahan baku hingga produksi memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Proses Produksi Semen

Produksi semen akan melibatkan penambangan (mining), penghancuran (crushing), penggilingan (grinding), dari bahan mentah batu kapur dan tanah liat sebagai bahan utama pembuatan semen.

Proses tersebut menghasilkan limbah, termasuk debu yang dihasilkan dari proses penambangan dan penghancuran. Selain itu, bahan limbah industri semen terdiri dari pencampuran bahan kimia seperti hidroksida, klorida, sulfat kalium, dan natrium serta natrium karbonat sebagai padatan tersuspensi yang bervariasi dari waktu ke waktu.

Proses tersebut pun membutuhkan air, air yang tercampur bahan kimia akan merubah suhu, pH, warna, padatan tersuspensi, dan kebutuhan oksigen biologis didalamnya. 

Pada proses pengumpulan bahan baku, semen yang berbahan baku dasar adalah batu kapur akan mengeruk bukit kapur yang menjadi lokasi tambang mereka. Pengerukan yang dilakukan setiap tahun tanpa henti tentu membuat bukit kapur tersebut akan hilang yang menyebabkan rusak dan hilangnya ekosistem didalamnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kerusakan alam dan lingkungan.

Dalam proses pembuatan semen, terdapat debu dan gas beracun. Hingga saat ini belum tersedia cara menyaring debu dan gas tersebut secara efektif untuk menurunkan kadar nitrogen oksida dan sulfur oksida yang dihasilkan. 

Jenis Limbah Industri Semen

Penanganan Limbah Industri Semen

Source: Ibef.org

Limbah terbesar yang bersumber dari industri semen adalah limbah gas dan limbah partikel yang dapat berdampak pada lingkungan, baik itu lahan, air, dan udara. 

Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan industri semen menimbulkan penurunan kualitas udara. Gas yang muncul adalah CO, CO2, SO3, Hidrokarbon, dan jenis gas lainnya. Gas yang bertebaran di sekitar industri semen akan menimbulkan bau jika kadar karbon rendah, tetapi jika dalam kadar tinggi gas tersebut akan menimbulkan bau dan menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia, seperti:

  • Masalah Pernafasan
  • Merusak Saraf
  • Menganggu Darah
  • Dan masalah kesehatan lainnya.

Limbah Partikel

Limbah partikel adalah butiran halus yang masih dapat terlihat oleh mata, seperti uap air, asap, kabut, dan debu. Debu termasuk jenis partikel yang bersumber dari proses industri seperti saat penghancuran, peledakan, dan pengolahan, baik yang berasal dari bahan organik maupun anorganik. Sifat debu yang ringan membuatnya melayang di udara, dan jatuh dikarenakan gravitasi bumi. Saat mereka berterbangan, debu bisa terhirup oleh manusia dan mengganggu sistem pernafasan manusia.

Jenis partikel berikutnya adalah asap, bersumber dari sumber tidak bergerak milik industri yang mengeluarkan zat karbon. Asap yang bercampur dengan uap air akan jatuh ke bumi dan akan menempel di daun maupun atap rumah. Asap tersebut dapat mengganggu kesehatan manusia

Oleh sebab itu, industri semen perlu melakukan pengendalian asap ataupun partikel yang dihasilkan dari proses produksi semen, perlu dilakukan pengujian secara rutin oleh industri. Pengendalian tersebut dilakukan dengan monitoring Nilai Ambang Batas (NAB) kadar tertinggi zat dalam udara yang diperkenankan

Dalam melakukan pengendalian dan monitoring NAB, industri semen perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan. Salah satu Laboratorium Lingkungan dengan teknologi kekinian untuk pengujian lingkungan yaitu PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi tim Sales kami untuk mendapatkan penawaran dalam pengujian NAB udara.

Baca Juga: Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Limbah B3

Limbah berikutnya yang dihasilkan dari industri semen adalah Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Industri Semen menjadi salah satu industri yang menghasilkan limbah tersebut. Sehingga dalam proses produksi dan pengelolaan perlu dilakukan sesuai izin dan regulasi yang berlaku di industri semen.

Limbah B3 dari industri semen bisa bersumber dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Jika limbah B3 tidak ditangani dengan tepat, akan menyebabkan limbah merusak lingkungan.

Dampak Limbah Industri Semen

Meskipun industri semen berdampak pada kemajuan ekonomi daerah tersebut, tetapi industri semen meninggalkan dampak limbah yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar industri.

Lahan

Dampak pertama yang mungkin cukup dirasakan dari hadirnya industri adalah lahan. Hal ini dikarenakan adanya penambangan dari batu kapur sebagai bahan utama pembuatan semen, penyerapan lahan yang menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang berpengaruh terhadap kondisi sumber air sekitar industri.

Air

Dampak industri semen terhadap air akan berpengaruh kepada kualitas air. Adanya limbah cair yang dialirkan ke sumber air, baik itu laut, sungai, atau danau di sekitar industri menyebabkan penurunan kualitas air.

Udara

Industri semen memang akan berdampak pada udara, limbah debu yang berterbangan banyak menyebabkan kerusakan pada tumbuhan di sekitar Industri. Bahkan debu yang dihasilkan dari industri semen menyebabkan pencemaran udara. Selain itu, suhu di sekitar pabrik akan meningkat. Gas yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batubara menghasilkan hidrokarbon yang menyebabkan efek rumah kaca dan perubahan iklim.

Baca Juga: Deretan Layanan Jasa Uji Laboratorium Lingkungan

Kesimpulan

Penanganan limbah industri semen memang akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di sekitar industri. Oleh karena itu, setiap industri semen perlu melakukan uji dan monitoring secara rutin mengenai limbah yang dihasilkan dalam kegiatan industri. Sehingga bisa memantau kualitas udara dan lingkungan di sekitar.

Dapatkan layanan pengujian Lingkungan untuk industri semen, hanya di Laboratorium Lingkungan A3 Laboratories. Hubungi Tim Sales kami untuk berdiskusi mengenai parameter yang perlu di uji untuk Industri Semen.

Penanganan Limbah Industri Fashion

Menangani dan Mengurangi Limbah Industri Fashion

Industri fashion menjadi salah satu industri yang penyumbang limbah terbanyak di lingkungan. Mulai dari proses produksi, hingga sampai ke tangan konsumen. Limbah industri fashion menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan yang cukup sering ditemukan. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian penting bagi pemangku kepentingan.

Industri fashion memang menjadi industri yang disebut-sebut sebagai industri paling mencemari di dunia. Bahkan masuk dalam urutan kedua setelah industri minyak. Menurut UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkapkan, 10% emisi karbon bersumber dari Industri fashion. 

Belum lagi, munculnya fenomena fast fashion, yang didefinisikan sebagai tren penggunaan pakaian dalam waktu singkat. Tidak hanya itu, produk dari industri fashion tren cepat di produksi dalam jumlah yang besar dalam waktu relatif singkat. Untuk menekan biaya produksi, industri fashion menggunakan bahan berkualitas rendah yang berpotensi pada pencemaran lingkungan yang besar.

Baca Juga: Langkah-Langkah Pengelolaan Limbah Industri Tekstil

Bentuk Limbah Fashion

Bentuk Limbah Cair

Limbah cair dari industri fashion mencemari sumber air

Source: Ecowatch.com

Bentuk limbah fashion bukan hanya berbentuk barang-barang jadi atau sisa produksi, melainkan juga cairan. Cairan ini bersumber dari proses pewarnaan fashion. Pada prosesnya banyak industri fashion yang membuang cairan tersebut ke sungai tanpa melakukan proses-proses yang aman sebelum dibuang.

Studi yang dilakukan oleh Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Februari 2022, di aliran sungai Citarum, Jawa Barat menemukan 70% bagian tengah sungai Citarum tercemar mikro plastik, yakni serat benang polyester bersumber dari industri fashion yang terdapat di sepanjang sungai Citarum.

Bentuk Limbah Padat

Bentuk limbah dalam industri fashion bersumber dari sisa kain produksi di Industri, baik itu skala kecil maupun skala besar. Serta pakaian tak terpakai yang dibuang. Termasuk di dalamnya pakaian fast fashion yang digunakan oleh masyarakat. Karena pakaian tersebut mudah rusak setelah pemakaian dalam waktu singkat. Banyak masyarakat yang membuang begitu saja limbah dari pakaian tersebut. 

Kandungan polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun untuk diurai oleh alam. Meski demikian, terdapat bahan pakaian yang bisa terurai dalam hitungan minggu hingga bulan. Seperti pakaian berbahan katun, terutama yang jika katun 100%. Dan juga pakaian berbahan linen yang dapat terurai dalam dua minggu.

Masalah Limbah Industri Fashion

Limbah dari industri fashion atau tekstil memang menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Dikatakan, pada rentang waktu 2015-2030 akan ada peningkatan limbah pakaian hingga 60% atau 57 juta ton limbah yang dihasilkan setiap tahunnya. Akan mencapai total tahunan hingga 148 juta ton. 

Hal ini terjadi dari hulu hingga hilir. Bahkan sampah pakaian tidak akan hanya disebabkan oleh para produsen, tetapi juga terdapat andil besar dari para konsumen. Oleh sebab itu, masalah limbah fashion benar-benar perlu ditangani dengan baik dan serius oleh semua pihak, terutama mencegah produksi fashion yang begitu cepat. 

Belum lagi masalah limbah cair, dimana industri fashion untuk menghasilkan satu buah produk saja memerlukan ribuan liter air. Air yang sudah tidak terpakai tersebut akan mengalir ke lingkungan dan dapat merusak keragaman hayati dari lingkungan tersebut. 

Mengutip dari Earth.org, dibutuhkan 20 ribu liter air hanya untuk memproduksi 1 kilogram kapas.

Bagaimana Solusi Bagi Industri Fashion

Masalah dari Limbah Industri fashion

Source: Thenewdaily.com.au

Beberapa pakaian yang tidak terjual banyak yang dibakar oleh pemilik produk, bahwa pada 2017 salah satu Brand Fashion ternama asal Swedia H&M terungkap membakar 12 ton pakaian yang tidak terjual sejak 2013. Tentu kelebihan produksi tersebut membuat kerusakan pada lingkungan. 

Lalu, bagaimana solusi bagi Industri fashion untuk mengatasi hal ini?

Ada beberapa langkah efektif yang bisa dilakukan oleh industri fashion:

Stop Produksi Berlebihan

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh industri dengan tidak melakukan produksi secara berlebihan. Tentu ini juga akan menguntungkan bagi bisnis Anda, karena perusahaan akan mengurangi biaya produksi dan mengurangi jumlah stok yang tidak terjual sehingga tidak merugikan perusahaan. 

Produksi Pakaian Berkualitas dan Tahan Lama

Industri harus sadar akan hal ini. Setiap produksi yang dilakukan dapat menghasilkan limbah yang merusak lingkungan, baik itu berbentuk cair atau padat. Belum lagi jumlah air yang diperlukan dalam memproduksi pakaian. 

Dengan memproduksi pakaian berkualitas, industri dapat mengurangi limbah fashion yang berlebihan. Selain itu, pastikan produk yang dihasilkan dapat digunakan secara jangka panjang. Industri dapat analisis prediksi tren sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mencegah limbah berlebihan selama proses produksi.

Menyumbangkan Pakaian

Overstock produksi pakaian yang terjadi dapat dikurangi secara signifikan dan dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah. Para stakeholder harus sadar akan hal ini dengan melakukan produksi dengan perhitungan matang. 

Jika terdapat produksi berlebihan, sebaiknya industri menyumbangkan pakaian tersebut kepada lembaga-lembaga yang terpercaya dan kepada masyarakat kurang mampu yang sulit dalam membeli pakaian

Sistem Baru

Luxury Brand Hugo Boss bahkan menggunakan sistem kekinian untuk mendorong pengurangan limbah dan menjadi industri yang ramah lingkungan. Cara Hugo Boss dengan tidak memberikan sampel fisik kepada pelanggan, tetapi mereka menggunakan monitor layar sentuh untuk menunjukan desain terbarunya, menghilangkan semua sumber daya yang diperlukan dalam produksi dan menghemat waktu dan uang.

Brand Gucci bahkan memiliki program Scrap-Less dimana penyamaan kulit menggunakan kulit yang telah dirawat. Sehingga Gucci menghemat limbah, air, energi, dan penggunaan bahan kimia dalam rantai pasokan kulit.

Baca Juga: Mengenal Karakteristik Limbah Cair, Nomor 3 Paling Sering Ditemui!

Kesimpulan

Dengan cara tersebut industri bisa lebih peduli terhadap lingkungan. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun tidak secara signifikan. Selain itu, industri fashion juga perlu melakukan analisis dampak lingkungan dengan melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion di sekitar industri

Untuk melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion, Industri bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat serta akuntabel bagi industri. Dapatkan informasi lengkap mengenai uji dan monitoring industri di PT Advanced Analytics Asia Laboratories. Dapatkan penawaran sekarang!!

Parameter Pengujian Limbah Industri sesuai dengan regulasi yang berlaku

18 Daftar Parameter Pengujian Limbah Industri

Limbah menjadi salah satu masalah yang selalu muncul dalam proses manufaktur atau produksi. Keberadaan limbah mengancam masyarakat sekitar industri dan juga keragaman hayati di dalamnya. Setiap hari terdapat ribuan ton jenis limbah yang dibuang ke alam oleh industri. Tentu sebelum dibuang ke alam, limbah perlu diukur berdasarkan dengan parameter pengujian sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ada beberapa jenis parameter pengujian limbah industri yang perlu diketahui oleh industri sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah industri adalah seluruh jenis bahan, baik itu cair, padat, dan gas yang sudah tidak digunakan lagi dalam proses produksi. Atau setelah proses produksi selesai terdapat sisa-sisa yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Keberadaan limbah industri terkadang sulit diukur, karena sudah tercampur dengan limbah perkotaan. 

Jenis-Jenis Limbah

Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan dari proses industri. Meskipun jenis limbah tidak berbahaya, tetapi limbah tersebut akan membuat kerusakan bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan benar dan sesuai pada Baku Mutu yang berlaku dari parameter limbah. Berikut beberapa jenis limbah umum yang dapat berbahaya dengan kehidupan manusia dan lingkungan.

Jenis-Jenis Limbah Industri yang perlu diketahui

Source: a-otc.com

Limbah Padat

Salah satu jenis limbah yang mungkin proses pengelolaannya belum dilakukan dengan benar adalah limbah padat. Limbah padat bersumber dari beberapa sumber, seperti: 

  • Pembangkit listrik
  • Penggunaan bahan kimia anorganik dan bahan kimia pertanian
  • Manufaktur besi dan baja
  • Pengolahan air
  • Plastik dan resin
  • Lumpur dan bubur hasil industri
  • Sisa-sisa produksi (sisa kayu, sisa plastik, dan lainnya)

Limbah Cair

Limbah cair menjadi salah satu jenis limbah yang paling mencemari lingkungan. Terbukti, hampir seluruh Industri melakukan pembuangan limbah cair ke sungai atau laut secara langsung. Hampir seluruh jenis limbah cair berbahaya bagi lingkungan. Limbah cair bersumber hampir dari seluruh jenis industri. 

Limbah cair sebelum dibuang, perlu dinetralisir sesuai dengan baku mutu limbah cair yang berlaku sesuai dengan regulasi dan kebijakan. 

Jika Anda ingin melakukan pengujian limbah cair pada industri Anda, Anda bisa menghubungi PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories sebagai Laboratorium Lingkungan yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan sudah terdaftar di Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Hubungi Tim Kami untuk dapat informasi lebih lengkap mengenai pengujian limbah cair. 

Limbah Gas

Jenis limbah selanjutnya adalah limbah gas. Limbah gas menjadi bagian limbah yang menjadi sumber pencemaran udara di dunia. Limbah gas ini bersumber dari aktivitas industri seperti cerobong asap, karbon monoksida, hidrogen peroksida, kelebihan gas metana, dan gas buang dari kendaraan. Selain itu, limbah gas juga bersumber dari aktivitas alam. Seperti kebakaran hutan alami, erupsi gunung merapi, dan sumber-sumber alami lainnya. 

Oleh karena itu, sebelum dibuang, sumber limbah gas dari aktivitas industri perlu diukur kadar parameter sesuai dengan regulasi yang berlaku. Industri juga bisa melakukan monitoring secara rutin mengenai limbah gas buang yang dihasilkan dari proses produksi. 

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Jenis limbah terakhir yang dihasilkan dari industri adalah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah ini memang memiliki sifat, karakter, konsentrasi, dan jumlahnya baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan. 

Oleh karena itu, Industri yang menghasilkan limbah B3 perlu melakukan pengelolaan dan identifikasi yang tepat mengenai jenis limbah yang dihasilkan oleh industri. Karena limbah B3 memiliki penanganan khusus, seperti:

  • Reduksi
  • Pengumpulan
  • Penyimpanan
  • Pengangkutan
  • Pemanfaatan
  • Pengolahan
  • Penimbunan

Cara Membuang Limbah Industri

Cara Membuang Limbah Industri yang tepat dan akurat

Source: Materialsrecovery.co.uk

Limbah industri memang tidak bisa dibuang secara sembarangan ataupun asal. Bahkan industri yang melakukan pembuangan limbah secara sembarangan dan tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku dapat terkena Pidana. Oleh karena itu, setiap industri perlu melakukan penanganan limbah secara baik dan tepat.

Penanganan limbah industri yang tidak tepat akan memberikan konsekuensi kepada perusahaan dan masyarakat sekitar industri. Tindakan yang tidak tepat terhadap limbah akan menimbulkan ancaman bagi citra dan keuntungan perusahaan. Karena Anda akan dikenakan denda dan juga proses hukum yang akan memakan biaya cukup besar. 

Pedoman Parameter Regulasi dan Kebijakan Limbah Industri

  1. UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
  2. PP 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
  3. PP 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3
  4. UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
  5. Permen LHK 55 Tahun 2015 Uji Karakteristik Limbah B3
  6. Permen LHK 59 Tentang Baku Mutu Air Lindi TPA
  7. Permen LHK 63 Tahun 2016 Tentang Penimbunan
  8. Permen LHK 70 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Kegiatan Pengolahan Sampah
  9. Permen LHK 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
  10. Permen No 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
  11. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 

Parameter Pengujian Limbah Industri

Ada beberapa parameter limbah industri yang menjadi acuan berdasarkan dengan baku mutu dan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku sesuai dengan regulasi yang terdapat di UU atau di Peraturan-Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Parameter pengujian limbah disesuaikan dengan jenis limbah yang ada. Setiap limbah cair dan udara memiliki parameter yang berbeda.

Parameter Limbah Cair

Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/Orang/Hari 100

pH

Parameter pertama yang digunakan dalam menguji limbah cair adalah pH di dalam limbah tersebut. pH ini adalah derajat keasaman menjadi parameter acuan yang perlu digunakan oleh industri sebelum membuang limbah ke lingkungan agar tidak membahayakan. 

Kadar netral pH dengan nilai 6-8, di Permen KLHK 68 Tahun 2016 adalah 6-9. Air dengan kadar dibawah angka 6 memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan bahaya bagi lingkungan, begitu juga jika kadar pH air mencapai diatas 9 akan memiliki kadar basa yang cukup tinggi yang bisa berbahaya kepada lingkungan.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD menjadi salah satu parameter yang tertuang dalam Permen KLHK 68 Tahun 2016, BOD mengutip dari wwdmag.com adalah kadar oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri dan mikroorganisme saat mereka mengurai bahan organik dalam aerob pada suhu tertentu. 

Pembusukan bahan organik dalam air membutuhkan BOD, tetapi limbah yang dibuang tanpa diuji parameternya akan mempengaruhi oksigen yang terlarut didalam air. Kadar maksimal BOD yang dibuang oleh limbah cair maksimal 30 mg/L.

COD (Chemical Oxygen Demand)

Parameter berikutnya yang digunakan dalam melakukan pengujian limbah cair adalah COD. COD adalah kapasitas air dalam mengkonsumsi oksigen selama waktu penguraian bahan organik secara kimia di dalam air. 

Nilai COD yang tinggi pada air limbah menunjukan bahwa air limbah tersebut belum bisa dibuang ke lingkungan, karena akan berbahaya untuk kehidupan keragaman hayati di sumber air. Zat tersebut perlu dilakukan netralisir terlebih dahulu dengan bantuan bakteri atau bahan kimia lainnya. Nilai maksimal COD adalah 100 mg/L.

TSS (Total Suspended Solids)

Dalam bahasa Indonesia TSS lebih dikenal dengan sebutan Total Padatan Terlarut. Ini merupakan partikel yang memiliki ukuran sekitar 2 mikron yang ditemukan di dalam air. Umumnya air yang terkena TSS tinggi akan membuat air menjadi keruh. 

Kekeruhan pada air akan menyebabkan sulitnya cahaya matahari masuk ke dalam air, sehingga menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis, yang menyebabkan tanaman dalam air dan ganggang akan sulit tumbuh. 

Cara yang dilakukan untuk mengurangi TSS adalah dengan metode filtrasi atau penyaringan. Untuk mendapatkan kadar nilai TSS yang dapat dibuang ke lingkungan adalah 30 mg/L. 

Minyak & Lemak

Minyak dan lemak yang bersumber dari limbah, jika tidak dilakukan pengukuran parameter jika dibuang ke sumber air dalam jumlah yang cukup banyak akan menyebabkan endapan yang berbahaya bagi kehidupan di dalam air. Karena minyak dan lemak tidak dapat terlarut oleh air. 

Agar limbah pabrik yang digunakan dapat terlarut dengan baik meski ada minyak dan lemak, perlu diukur nilai baku mutunya yaitu 5 mg/L. Jika diatas tersebut, maka perlu dilakukan pengurangan batasnya dengan metode penguapan. 

Amonia

Amonia merupakan zat kimia yang bisa muncul dari berbagai wujud, baik itu padat, cair, dan gas. Jika dalam bentuk cair, dalam Permen KLHK 68 Tahun 2016, kadar amonia di dalam limbah harus memiliki nilai 10 mg/L. Jika lebih dari angka tersebut akan berbahaya bagi kondisi sumber air. 

Sebelum dibuang ke sumber air, amonia perlu dijadikan nitrit dan nitrat yang akan terbuang dalam proses aerasi dan penguapan. Caranya dengan menambahkan mikroba di dalam amonia.

Total Coliform

Coliform adalah bakteri yang bisa ditemukan di setiap lingkungan termasuk dalam air. Sumber dari coliform ini adalah kotoran hewan dan manusia. Bakteri coliform memiliki ini bersifat patogen. Sehingga perlu diawasi dalam limbah. 

Apabila ditemukan Coliform, maka perlu dilakukan pengecekan kadar coliform dalam air. Nilai kadar Coliform di Indonesia adalah 100 mL. 

Parameter Udara Ambien

Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Sulfur Dioksida (SO 2 1 Jam

24 Jam

1 Tahun

900 ug/Nm3

365 ug/Nm3

60 ug/Nm3

Pararosanilin Spektrofotometer
Karbon Monoksida (CO 2) 1 Jam

24 Jam

30.000 ug/Nm3

10.000 ug/Nm3

NDIR NDIR Analyzer
Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam

24 Jam

1 Tahun

400 ug/Nm3

150 ug/Nm3

100 ug/Nm3

Saltzman Spektrofotometer
Oksidan (O3) 1 Jam

1 Tahun

235 ug/Nm3

50 ug/Nm3

Chemiluminescent Spektrofotometer
Hidro Carbon (HC) 3 Jam 160 ug/Nm3 Flamelonization Gas Chromatogarfi
Pm 10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
Pm 2,5 24 Jam

1 Tahun

65 ug/Nm3

15 ug/Nm3

Gravimetric Hi-Vol
TSP 24 Jam

1 Tahun

230 ug/Nm3

90 ug/Nm3

Gravimetric Hi-Vol
Debu Jatuh (Dustfall) 30 Hari 10 Ton//Km2/Bulan (Pemukiman)

20 Ton/Km2/Bulan (Industri)

Gravimetric

Ekstraktif Pengabuan

Cannister
Total Fluorides 24 Jam

90 Hari

3 ug/Nm3

0,5 ug/Nm3

Gravimetric Impinger atau Countinous Analyzer
Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100 Cm3 dari kertas limed filter Limed Filter Paper
Khlorine & Khlorine Dioksida 24 Jam

30 Hari

150 ug/Nm3

1 mg/S03/100

Spesific Ion Electrode Impinger atau Countinous Analyzer

Lead

Parameter Udara pada Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. 

Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida adalah gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang, seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Unsur kimia sulfur dioksida adalah SO2. SO2 memiliki karakter gas beracun yang tidak berwarna, tidak mudah meledak, dan tidak mudah terbakar. Jika bereaksi di udara akan menyebabkan hujan asam. 

Pada regulasi yang berlaku baku mutu dari SO2 dalam 24 jam 365 ug/NM3 dengan menggunakan metode analisis Pararosanilin.

Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida menjadi polutan penyebab pencemar terbesar di udara bebas. Gas CO sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan hingga kematian jika menghirupnya. Gas ini tidak berbau, tidak mempunyai rasa, dan tidak berwarna. 

Parameter baku mutu pada CO adalah 10.000 ug/Nm3 dalam waktu 24 jam. Jika lebih dari itu, maka perlu dikurangi melalui cara NDIR Analisis. 

Nitrogen Dioksida (NO2)

Gas ini merupakan polutan yang merupakan gas beracun, memiliki bau menyengat, dan merupakan salah satu polutan udara yang menyebabkan pencemaran. Kadar NO2 yang tinggi akan menyebabkan gangguan pernafasan pada manusia, menurunkan fungsi paru, serta membuat lemah sistem pernafasan paru.

Sumber utama NO2 berasal dari aktivitas manusia dalam proses pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, gas, dan minyak. Kadar NO2 yang dapat dilepas ke udara adalah 150 ug/Nm3 dalam 24 jam.

Oksidan (O3)

Oksidan memiliki rumus O3 adalah senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan selain memiliki manfaat, tetapi juga berbahaya bagi udara. Dalam industri Oksidan digunakan untuk menghancurkan kuman, mengatasi pencemaran air, membantu proses flokulasi, mencuci dan mematenkan kain, mewarnakan plastik, dan ketahanan getah. 

Kadar O3 yang diperbolehkan dalam udara dalam waktu pengukuran 1 jam 235 ug/Nm3.

Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon merupakan senyawa kimia yang memang banyak digunakan pada beberapa industri. Biasanya digunakan dalam proses produksi plastik, karet, perekat, peledak, LPG, dan di bidang kesehatan. 

Meskipun begitu, hidrokarbon juga menjadi senyawa berbahaya bagi udara. Oleh karena itu, hidrokarbon masuk dalam parameter limbah industri yang perlu di uji baku mutu udaranya. Baku mutu hidrokarbon adalah 160 ug/Nm3 dalam rentang waktu pengukuran selama 3 jam.

Partikulat (PM10 & PM 2,5)

Partikulat yang menjadi pengujian dalam udara ambien untuk parameter udara ambien industri adalah Pm 10 dan Pm 2.5. Pm 10 adalah partikel udara yang lebih kecil dari 10 mikron, sedangkan Pm 2.5 adalah partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil. 

PM adalah partikel yang tercampur dari partikel padat dan cair yang ditemukan di udara. Bentuk dari partikel ini adalah debu, kotoran, jelaga, dan asap. Polutan ini muncul dari pembuangan pembangkit listrik, industri, dan kendaraan. Baku mutu dari partikel Pm 10 dalam pengukuran 24 jam adalah 150 ug/Nm3. Sedangkan PM 2,5 pengukuran dalam 24 jam adalah 65 ug/Nm3. 

TSP (Total Suspended Particulate)

TSP adalah partikel debu di udara dengan ukuran 1 mikron hingga maksimal 500 mikron. Keberadaan debu ini sangat berbahaya dengan kesehatan manusia, karena akan mengganggu pernafasan. Sehingga parameter juga perlu dilakukan pengecekan secara rutin. 

Baku mutu dari TSP adalah 230 ug/Nm3 dalam waktu pengukuran 24 jam.

Debu Jatuh (Dustfall)

Debu jatuh merupakan parameter penting dalam pengujian udara ambien. Debu jatuh perlu diukur untuk melihat keberadaannya dalam udara ambien. Oleh sebab itu, dustfall sangat diperlukan untuk mengukur. Baku mutu debu jatuh adalah 10 ton//KM2/Bulan untuk wilayah Pemukiman dan untuk wilayah industri 20 Ton/Km2/Bulan. 

Total Fluorides (asF)

Total fluorides adalah parameter pencemaran udara yang biasanya diberlakukan dalam wilayah atau kawasan industri kimia dasar. Oleh sebab itu, tidak semua industri dalam pengujian parameter udara ambien akan menggunakan total fluorides. Namun, total fluorides ini tetap ada dalam Baku Mutu Udara dalam Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. 

Adapun baku mutu yang diperbolehkan dalam 24 jam sekitar 3 ug/Nm3. 

Fluor Indeks

Flour Indeks juga termasuk dalam parameter pencemaran udara yang digunakan pada kawasan industri kimia dasar. Baku mutu yang diperbolehkan adalah 40 ug/100 cm3 dari kertas limed filter dalam 30 hari.

Khorine & Kholorine Dioksida

Dua parameter ini juga menjadi bagian parameter tambahan di kawasan industri kimia dasar. Baku mutu yang diperkenankan dalam pengujian parameter ini adalah 150 ug/Nm3 dalam 24 jam dan 1 mg SO3/100 cm3 dalam 30 hari. 

Itulah beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran Nilai Ambang Batas dan Baku Mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. Tentu aturan ini digunakan untuk melindungi kesehatan masyarakat, kesejahteraan kehidupan publik, dan kematian hewan serta tumbuh-tumbuhan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan.

Untuk satuan nilai baku mutu di Indonesia menggunakan satuan ug/Nm3. Setiap industri perlu melakukan pengujian parameter secara rutin untuk mengetahui kadar pencemaran yang terjadi di kawasan industri.

Untuk hasil pengujian parameter limbah industri secara tepat dan akurat, perlu dilakukan dengan menggunakan layanan dari Laboratorium Lingkungan. Anda bisa menggunakan laboratorium lingkungan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran menarik untuk pengujian baku mutu.

Penerapan K3 Konstruksi sesuai dengan regulasi berlaku

Tata Cara Penerapan K3 Konstruksi Beserta Pedoman dan Regulasi

Konstruksi menjadi bagian dari industri yang memiliki tingkat risiko tinggi. Tentu perlu perhatian khusus terhadap kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja di bidang industri. Para pekerja dikelilingi oleh bahaya serius, seperti terjatuh, tertimpa, penggunaan alat, tertimpa peralatan konstruksi berat, tersengat listrik, debu silika, dan berbagai bahaya yang sulit diukur. Oleh karena itu, Penerapan Kesehatan dan Keselamatan (K3) konstruksi cukup penting untuk dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan Standar Prosedur yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional.

K3 Konstruksi dilakukan untuk memberikan jaminan kesehatan dan keamanan bagi para pekerja. Pada tahap ini perlu adanya regulasi dan kebijakan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja selama mereka bekerja. Apa lagi industri konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. 

Mengutip dari Kompas.com, selama kurun waktu 2017-2022 terdapat 48 kecelakaan konstruksi di Indonesia. Dari total tersebut, 43 kasus terjadi karena kelalaian teknis. Tentu ini menjadi perhatian penting bagi Perusahaan Konstruksi agar penerapan K3 Konstruksi dilakukan dengan tepat dan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Baca Juga: K3 Rumah Sakit: Penerapan dan Standar Teknis

Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja di Konstruksi

Ada cukup banyak penyebab terjadinya kecelakaan di konstruksi, seperti:

  • Sifat Dinamis dari Pekerjaan: Lokasi konstruksi selalu berubah-ubah, sehingga berpotensi membahayakan para pekerja. Terlebih jika tidak ada pengadopsian penerapan K3 secara baik. 
  • Lingkungan : Konstruksi berbeda dengan industri lain, para pekerja akan bekerja di berbagai lingkungan yang berbeda-beda, baik dari sisi alam, kontur, dan alat kerja yang digunakan.
  • Minim Pengawasan: Penyebab kecelakaan konstruksi biasanya terjadi karena minim pengawasan terhadap K3. Terlebih, jika banyak pekerja yang abai terhadap ketentuan K3. 
  • Minimnya Pengetahuan K3: Masih banyak pengusaha dan pekerja yang abai terhadap pengetahuan K3.
  • K3 dianggap Membuat Biaya Bengkak: Penyebab kecelakaan kerja terjadi, ketika aktivitas K3 tidak dianggap penting dan menganggap K3 hanya pembengkakan biaya. 

Peran K3 Konstruksi

Proyek konstruksi memiliki intensitas bekerja yang cukup tinggi, karena adanya waktu dalam penyelesaian proyek. Terkadang terdapat proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan 24 jam penuh dengan menggunakan sistem Shift bagi para pekerja. Disinilah pentingnya peran K3 dalam konstruksi:

  • Pedoman memantau keselamatan dan kesehatan pekerja di sekitar lingkungan konstruksi.
  • Memberikan jaminan bagi para pekerja atas keselamatan masing-masing tenaga kerja selama melakukan pekerjaan.
  • Memiliki kebijakan penggunaan alat atau bahan agar aman saat digunakan oleh para pekerja.
  • K3 menjadi bagian antisipatif/preventif yang dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya kecelakaan/sakit akibat pekerjaan. Sehingga perusahaan dapat menekan biaya kecelakaan.
  • K3 berperan sebagai edukasi, informasi, dan pelatihan mengenai keselamatan kerja dan kesehatan.
  • Acuan dalam pengendalian bahaya, prosedur, metode dalam pekerjaan konstruksi yang high risk.

Penerapan

Proses K3 dilakukan dengan melakukan beberapa penerapan, seperti:

Identifikasi

Proses identifikasi untuk mengetahui proses adanya risiko atau bahaya dari kegiatan konstruksi yang dilakukan. Yaitu dengan cara membuat mapping apa yang menjadi potensi bahaya menurut area dan setiap bidang.

Evaluasi

Melakukan evaluasi terhadap potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas menurut hazard rating. 

Pengembangan Rencana 

Penyusunan rencana dan pencegahan kecelakaan berdasarkan identifikasi dan evaluasi dengan mengadaptasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. 

Implementasi

Membuat rencana kerja yang telah disusun untuk implementasi konsep pengendalian dengan baik. 

Monitoring

Setelah implementasi berhasil, maka Anda perlu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan K3 yang sesuai dengan aspek-aspek dalam regulasi dan kebijakan dari Pemerintah. Salah satunya dengan melakukan audit internal. 

Untuk melakukan Audit internal, Anda bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan untuk melihat berbagai aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja untuk memberikan kenyamanan bagi para pekerja. 

Anda bisa menggandeng PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories untuk melakukan proses monitoring K3 Konstruksi.

Hambatan Pelaksanaan K3 Konstruksi

Ada beberapa hambatan yang sering sekali terjadi di lapangan dalam pelaksanaan K3 di Industri konstruksi, seperti:

  • Terbatasnya pengetahuan mengenai K3
  • Kurang perhatian dan pengawasan
  • Ada anggapan K3 membuat biaya meningkat
  • Tanggung jawab K3 hanya pada kontraktor bukan pekerja
  • Kurang aktifnya Manajemen dalam melakukan edukasi kepada pekerja dan seluruh pihak yang terlibat.

Mengapa Penerapan K3 Penting?

Penerapan K3 sangat penting dilakukan untuk :

  • Memastikan dan menjaga agar semua pekerja yang beraktivitas di lingkungan kerja terlindungi dari risiko yang mengintai.
  • Meningkatkan kinerja para pekerja yang terlibat di lingkungan kerja konstruksi dengan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 
  • Memastikan sumber-sumber produksi, baik itu peralatan maupun bahan habis pakai, terjaga dengan baik dan digunakan dengan aman, tepat guna, dan efisien. 

Kebijakan dan Regulasi Mengenai K3 Konstruksi

Pemerintah sebagai regulator telah memberikan kebijakan dan regulasi yang menjadi pedoman perusahaan konstruksi dalam menerapkan K3 di tempat proyek, yaitu:

  • UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
  • UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
  • UU No 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
  • Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul akibat Hubungan Kerja
  • Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
  • Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 5 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja

Baca Juga: Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Kesimpulan

Penerapan K3 dalam industri konstruksi bukan sekedar formalitas belaka. Para pelaku konstruksi yang memiliki jabatan tinggi atas kebijakan perlu melakukan penerapan K3 Konstruksi dengan baik dan sesuai dengan regulasi dan kebijakan yang tersedia. 

Ketika Penerapan K3 Konstruksi dilakukan dengan tepat, maka Pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar. Terhindar dari pengeluaran biaya-biaya kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi. Selain itu, Anda juga bisa terhindar dari kerusakan alat-alat akibat dari kecelakaan kerja. Hal terpenting keselamatan dan kesehatan pekerja terjamin. 

Lakukan monitoring lingkungan kerja di lokasi konstruksi bersama dengan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran menarik sekarang hanya melalui website Lab.id.

Penerapan K3 Rumah Sakit dengan standar tepat

K3 Rumah Sakit: Penerapan dan Standar Teknis

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Rumah Sakit sangat perlu dijalankan oleh Manajemen untuk menciptakan tempat kerja sehat, aman, selamat, bagi setiap unsur shareholder maupun stakeholder. Meskipun terlihat nyaman dan aman, rumah sakit termasuk dalam tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 

Rumah Sakit menjadi tempat kerja yang memerlukan penerapan K3 dengan tepat dan akurat untuk menghindari risiko, karena bukan hanya menyangkut dengan para pekerja di dalamnya. Tetapi juga berisiko terhadap pasien, pengunjung, dan juga penunggu pasien. Karena adanya bahaya radiasi, gas anestesi, psikososial, bahan berbahaya dan beracun, instalasi listrik, serta ergonomi.

Menurut H.W Heinrich dalam Buku Metodologi Penelitian Kesehatan Notoadmodjo (2007), menyatakan penyebab keselamatan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebanyak 88% dan kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10% atau kedua hal itu terjadi secara bersamaan.

Meskipun pada umumnya standar teknis penerapan K3 Rumah Sakit sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Pada Aturan tersebut, sudah tertuang secara lengkap mengenai standar pelaksanaan K3, serta cakupannya. Kali ini, kita akan mencoba merincikan mengenai penerapan dan apa saja standar teknis dari K3 Rumah sakit yang perlu dilakukan oleh setiap pihak-pihak yang bertanggungjawab di rumah sakit tersebut.

Baca Juga: Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Mengapa K3 Diperlukan di Rumah Sakit?

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah hal penting yang perlu dilakukan oleh Manajemen Rumah Sakit untuk memberikan rasa aman, sehat, dan selamat bagi setiap pekerja maupun bagi pasien yang berkunjung. 

Hal ini tentu akan mempengaruhi pada mutu pelayanan, mempertahankan kelangsungan operasional, meningkatkan citra, dan memberikan kepuasan terhadap semua pihak di Rumah Sakit tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO), K3 bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial setinggi-tingginya bagi para pekerja di semua jenis pekerjaan, termasuk para pekerja di Rumah Sakit.

Standar Penerapan K3 Rumah Sakit

Manajemen Risiko

Manajemen risiko K3 Rumah Sakit akan berhubungan dengan keselamatan pasien, petugas medis, petugas non medis, keselamatan terkait sarana dan prasarana rumah sakit serta lingkungan, risiko terhadap keuangan, aset rumah sakit, dan lainnya. Sesuai pada Peraturan MenKes RI No 66 Tahun 2016 tentang K3RS.

Departemen atau Divisi K3 RS perlu melakukan identifikasi dan evaluasi mengenai risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan, peserta didik, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Divisi K3 Rumah sakit juga perlu melakukan minimalisir bahaya terhadap pasien, menciptakan lingkungan aman bagi pekerja, peserta didik, dan pasien.

Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit

Standar K3 untuk meminimalkan adanya cedera maupun kecelakaan yang bisa menimpa pihak-pihak yang berada di Rumah Sakit, seperti pasien, tenaga medis, pengunjung, dan peserta didik.

Pada dasarnya pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit sangat berkaitan dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Karena, banyak alat-alat di Rumah Sakit memiliki risiko tinggi dalam penggunaan. Sehingga perlu keamanan dalam menggunakannya.

Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit dilakukan berdasarkan:

  • Identifikasi dan penilaian risiko
  • Pemetaan area berisiko
  • Upaya pengendalian dan pencegahan

Pelayanan Kesehatan Kerja

Jenis standar ini adalah penerapan standar K3 yang dilakukan oleh Manajemen Rumah Sakit dalam mencakup upaya pengelolaan kesehatan bagi SDM yang bekerja di Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan kerja perlu dilakukan secara komprehensif melalui berbagai kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 

Seperti setiap pekerja perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala oleh Manajemen. Pemenuhan gizi kerja, pembinaan mental dan rohani. 

Baca Juga: PT Advanced Analytics Asia Resmi Terdaftar Sebagai PJK3

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit

Rumah Sakit memiliki bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan ini perlu dikelola dengan benar, sesuai dengan kebijakan serta regulasi yang berlaku. Kandungan dari bahan B3 ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan, sehingga perlu dikelola dengan bijak dan benar. 

Selain itu, Manajemen Rumah Sakit juga perlu melakukan pemantauan, identifikasi, dan monitoring kadar limbah yang mempengaruhi lingkungan. Hal ini untuk menjaga kesehatan dari para pekerja. Untuk melakukan pemantauan, Anda bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan Swasta seperti PT Advanced Analytic Asia (A3) Laboratories. Silahkan hubungi tim kami untuk berdiskusi monitoring Limbah Rumah Sakit. 

Proteksi dan Pengendalian Kebakaran

Rumah sakit juga perlu melakukan proteksi dan pengendalian kebakaran dengan menyediakan sarana maupun prasarana pendukung lainnya. Selain itu, Manajemen perlu melakukan pelatihan rutin kepada para pekerja yang bertanggungjawab terhadap kebakaran.

Proteksi dan Pengendalian bisa dilakukan dengan:

    1. Identifikasi lokasi berbahaya terhadap kebakaran dan ledakan
    2. Pemetaan lokasi berisiko bahaya kebakaran dan ledakan
    3. Pengurangan risiko bahaya kebakaran maupun ledakan
    4. Pengendalian kebakaran dengan menyediakan: 
      • Alat Pemadam Api Ringan
      • Alat pendeteksi asap dan api
      • Sistem alarm kebakaran
      • Alat penyemprot air otomatis (Sprinkler)
      • Pintu Darurat
      • Jalur evakuasi
      • Tangga darurat
      • Alat pengendali asap
      • Tempat kumpul aman
      • Penyemprot air manual (hydrant)
      • Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
      • Pelatihan dan sosialisasi
      • Pelatihan simulasi kebakaran yang dilakukan paling sedikit dalam 1 kali setahun

    Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

    Standar K3 Rumah Sakit berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana Rumah Sakit. Hal ini cukup penting, karena sarana di Rumah Sakit memiliki potensi kekeliruan dalam pemakaian, potensi kecelakaan yang tidak diharapkan, dan kemungkinan lainnya yang dikarenakan penggunaan oleh pasien.

    Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan sarana dan prasarana maupun sistem utilitas yang meminimalkan risiko. Aspek K3 pada sistem utilitas mencakup pada strategi pemeliharaan utilitas untuk memastikan komponen pada alat-alat listrik, air, lift, limbah, ventilasi, dan gas medis perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala.

    Pengelolaan Peralatan Medis

    Peralatan medis yang digunakan untuk keperluan medis perlu dikelola secara K3. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan medis aman saat digunakan, tidak menimbulkan dampak berbahaya terhadap pasien, tenaga medis, penunggu pasien, dan masyarakat yang berada di lingkungan rumah sakit.

    Pengelolaan peralatan medis juga bisa dilakukan dengan langkah-langkah perawatan peralatan secara berkala.

    Kesiapan Menghadapi Situasi Darurat Bencana

    Salah satu standar K3 Rumah Sakit adalah kesiapan dalam menghadapi situasi darurat bencana yang bisa terjadi kapan saja. Para karyawan rumah sakit, perlu dilatih untuk mampu menghadapi kegawatdaruratan dan memiliki standar tindakan yang jelas, saat menghadapi situasi darurat bencana.

    Dengan langkah-langkah: 

    1. Identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana.
    2. Melakukan analisa risiko kerentanan bencana.
    3. Pemetaan risiko pada kondisi darurat atau bencana.
    4. Pengendalian kondisi darurat atau bencana.
    5. Melakukan simulasi bencana.

    Dasar Hukum dan Pedoman K3 Rumah Sakit

    Beberapa dasar hukum penerapan K3 Rumah Sakit:

    1. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja 
    2. UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
    3. Permenkes RI No 986/92 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
    4. Permenkes RI No 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan
    5. SK Menkes No 351 No 2003 Tentang Komite K3 sektor Kesehatan
    6. Permenaker No 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 
    7. Keputusan Direktorat Jenderal P2PLP No 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan Lingkungan Kerja Rumah Sakit
    8. Pedoman K3 Rumah Sakit tahun 2006 (Binkesja DepKes)
    9. Pedoman teknis pengelolaan Limbah klinis dan desinfeksi dan sterilisasi di Rumah Sakit Tahun 2002
    10. PerMenKes No 66 Tahun 2016 tentang K3RS.

    Program K3 Rumah Sakit

    Manajemen Rumah Sakit bisa menerapkan beberapa program K3 Rumah Sakit dengan tepat, seperti : 

    • Pengembangan Kebijakan.
    • Pembudayaan Perilaku.
    • Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
    • Pengembangan Pedoman dan Standard Operational Procedure (SOP).
    • Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan Lingkungan Tempat Kerja.
    • Pelayanan Kesehatan Kerja.
    • Pelayanan Keselamatan Kerja.
    • Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair, dan gas.
    • Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya.
    • Pengembangan Manajemen tanggap Darurat.
    • Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3. 

    Tujuan

    Aktivitas K3 Rumah Sakit memiliki tujuan penting, seperti tujuan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, produktif untuk para tenaga medis dan pekerja lainnya, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. 

    Pelayanan K3 pada Rumah Sakit perlu dilakukan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Sesuai dengan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tertuang dalam Pasal 23 UU Kesehatan 23 tahun 1992 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 03/men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja.

    Kesimpulan

    Penerapan K3 Rumah Sakit adalah hal penting yang perlu dilakukan Manajemen Rumah Sakit dalam jangka panjang, untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pekerja maupun pengunjung. Jangan abai terhadap monitoring lingkungan terhadap dampak dari aktivitas Rumah Sakit. Lakukan Monitoring dengan A3 Laboratories. Layanan cepat dan tepat untuk analisa lingkungan yang akurat. Dapatkan penawaran sekarang juga.

    Solusi Pencemaran Lingkungan yang tepat

    Strategi Preventif Solusi Pencemaran Lingkungan

    Pencemaran lingkungan memang sudah muncul berabad-abad yang lalu, kesadaran akan dampak dari pencemaran lingkungan baru dimulai sejak era industri di Abad 19. Berbagai solusi pencemaran lingkungan dilakukan berbagai pihak, dari tingkat lokal, nasional, hingga global. Tetapi hasilnya belum begitu maksimal. Masih banyak pihak-pihak yang belum sadar mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan industri terhadap lingkungan.

    Polusi dan pencemaran perlu dilakukan dengan langkah-langkah preventif dan solutif. Serta perlu penanganan yang serius dari berbagai pihak. Bukan hanya Pemerintah serta Industri, tetapi masyarakat perlu ikut serta dalam penanganan pencemaran lingkungan.

    Dampak dari pencemaran akan mempengaruhi unsur-unsur alam yang penting bagi kehidupan di bumi, seperti air, udara, dan tanah. Tanpa ketiga unsur tersebut manusia, hewan, dan tumbuhan tidak akan bisa bertahan hidup.

    Bagaimana Mengatasi Pencemaran Lingkungan?

    Pencegahan Pencemaran Lingkungan

    Source: Freepik.com

    Barry Commoner seorang ahli biologi dan Pecinta Lingkungan pernah mengatakan “Pencemaran Lingkungan adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya bisa dicegah.”

    Dampak dari polusi yang sudah terkontaminasi di alam saat ini memang sudah sulit untuk diselesaikan, hanya saja bisa dicegah agar kerusakan lingkungan tidak lebih buruk dari sebelumnya. Pencegahan-pencegahan ini perlu dilakukan dengan berbagai langkah serius.

    Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah dengan mengurangi jejak karbon dan beraktifitas dengan mengurangi potensi pencemaran lingkungan. Tetapi semua itu harus dilihat dari dua sisi, Pemerintah dan Industri. Keduanya memiliki peran-peran penting dalam mengatasi pemanasan global yang sudah terjadi saat ini.

    Sisi Pemerintah

    Dari sisi Pemerintah perlu adanya kebijakan dan regulasi yang jelas dan efektif mengenai solusi pencemaran lingkungan. Meskipun regulasi banyak, Pemerintah perlu membuat kontrol dan ketegasan yang tepat bagi bisnis untuk bisa mengurangi polusi.

    Pembangunan Kawasan Hijau

    Salah satu langkah yang bisa dilakukan Pemerintah adalah membangun Kawasan hijau di dekat wilayah industri. Langkah ini akan membantu mengurangi polusi yang disebabkan dari aktivitas industri. Selain itu, Kawasan hijau juga dapat menjadi area resapan air yang baik.

    Regulasi

    Regulasi menjadi hal penting bagi Pemerintah untuk mengurangi dampak lingkungan. Kehadiran regulasi bisa menjadi parameter bagi industri dalam penanganan bahan-bahan sisa industri yang berdampak terhadap lingkungan.  

    Regulasi menjadi hal penting untuk menjaga lingkungan secara ketat, tetapi regulasi tidak mampu hanya tertulis saja. Melainkan juga perlu adanya kontrol dan pengawasan. Karena sudah banyak regulasi dan kebijakan tetapi masih banyak yang dilanggar.

    Selain itu, Pemerintah bisa membuat regulasi penggunaan kendaraan ramah lingkungan untuk mengurangi emisi pencemaran lingkungan di Kawasan perkotaan atau Kawasan industri. Pemerintah juga bisa menggunakan regulasi yang ketat agar pembangunan gedung-gedung atau industri perlu mengadaptasi bangunan ramah lingkungan.

    Sektor Industri

    Solusi untuk pencemaran lingkungan

    Source: Sciencephoto.com

    Sektor Industri disebut sebagai sektor yang paling banyak mencemari lingkungan, oleh karena itu sektor industri perlu melakukan hal-hal penting untuk mencegah dampak industri terhadap lingkungan secara komprehensif. Dengan berbagai langkah-langkah tepat, seperti:

    Adopsi Teknologi

    Salah satu campaign yang selalu digencarkan oleh para penggiat lingkungan adalah adopsi teknologi baru untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang lebih parah. Memang kondisi ini tidak bisa dilakukan oleh seluruh industri, karena adopsi teknologi membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

    Masih banyak pelaku industri enggan yang beralih. Mungkin bagi industri besar, hal ini perlu sekali dilakukan oleh manajemen. Sehingga polutan yang dikeluarkan bisa lebih ramah lingkungan.

    Meskipun memang dana yang dikeluarkan oleh industri besar diawal, hal tersebut akan menghemat biaya pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan di masa depan.

    Memilih Lokasi Industri

    Jika Anda merupakan industri baru yang baru saja akan membangun pabrik, Anda perlu memilih lokasi industri yang tepat. Pengendalian pencemaran di awal menjadi langkah yang baik untuk mempertimbangkan dampak yang akan terjadi di masa depan.

    Saat memilih lokasi industri baru, Anda perlu memikirkan lingkungan sekitar dengan melihat iklim maupun topografi di sekitar lokasi. Hal ini akan mempengaruhi polutan menyebar. Lokasi yang tepat akan membantu dalam pengelolaan limbah yang tak terelakan dari industri.

    Memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan

    Penggunaan sumber energi terbarukan juga menjadi solusi pencemaran lingkungan yang efektif dan digalakan. Mulai dari kendaraan listrik dan juga penggunaan transportasi umum. Industri juga dapat memanfaatkan sumber energi matahari yang tepat untuk sistem rumah tangga atau energi listrik terbarukan. Sehingga dapat mengurangi efek gas rumah kaca.

    Memanfaatkan tenaga angin juga bisa menjadi salah satu solusi dari polusi. Tenaga angin sama dengan tenaga surya, dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan radioaktif yang tidak ramah lingkungan.

    Memang sumber angin tidak banyak didapatkan di beberapa tempat, tetapi jika Anda mendapatkan lokasi yang tepat Anda bisa menghasilkan angin yang dapat merubah energi.

    Menganalisa Limbah Pabrik

    Limbah industri menjadi penyumbang kerusakan lingkungan yang besar, sebaiknya industri perlu menganalisa limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Analisis ini diperlukan agar industri bisa mengetahui jenis limbah yang dikeluarkan dari hasil produksi harus memiliki gambaran akurat mengenai jumlah limbah yang dibuang.

    Dengan gambaran yang jelas mengenai limbah yang dikeluarkan, jauh lebih mudah agar industri bisa mengatur agar proses limbah menjadi lebih efisien. Industri juga bisa memanfaatkan limbah-limbah yang dapat di daur ulang agar bisa dimanfaatkan kembali.

    Pengolahan Limbah Pabrik

    Pengolahan limbah pabrik yang tepat pada akhir proses produksi adalah bagian penting untuk mengurangi polusi pabrik. Bagaimana mengolah limbah yang tepat? Tentu pengolahan dengan merubah fisik, kimia, atau secara biologis limbah tersebut dapat mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan.

    Analisis Dampak Lingkungan

    Analisis Dampak Lingkungan perlu dilakukan oleh industri untuk mengetahui dampak lingkungan terhadap proses produksi. Analisa ini bisa dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dampak berbahaya yang mungkin saja ditimbulkan dari proses produksi yang berlangsung.

    Apabila ditemukan dampak berbahaya, Perusahaan bertanggungjawab untuk mengambil Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan memperbaiki konsekuensi yang ada.

    Bagaimana langkah analisis lingkungan? Melakukan analisis dampak lingkungan tidak bisa dilakukan secara internal, hal ini untuk menjaga independensi perusahaan. Sehingga Pemerintah meminta industri perlu melakukan analisis menggunakan pihak internal, yaitu dengan menggandeng Laboratorium Lingkungan.

    Salah satu Laboratorium Lingkungan yang ada di Indonesia adalah PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories yang merupakan Laboratorium Lingkungan yang sudah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan sudah teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup.

    Diskusi lebih lanjut untuk melakukan Uji, Analisa, dan monitoring industri dari dampak lingkungan. Hubungi Tim Sales kami.

    Dampak Pencemaran Udara

    5 Dampak Pencemaran Udara bagi Manusia dan Lingkungan

    Penyelesaian dari masalah pencemaran udara memerlukan usaha bersama antara Pemerintah, Industri, dan Masyarakat. Karena dampak pencemaran udara akan mengganggu Kesehatan manusia dan hewan, serta masalah pada tumbuhan. Setiap tahun polusi udara bertanggungjawab atas kematian 7 juta manusia di seluruh dunia. Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara.

    Pencemaran udara banyak muncul di kota-kota besar, dimana emisi dari berbagai sumber terkonsentrasi. Polusi udara menjadi kontributor dalam perubahan iklim. Pencemaran yang ditimbulkan dari karbon dioksida dan gas metana meningkatkan suhu bumi.

    Dampak Pencemaran Udara

    Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari polusi udara. Sehingga hal ini perlu dijaga oleh industri dan pihak-pihak lain untuk menjaga kondisi udara agar terhindar dari polusi yang membahayakan lingkungan.

    Kesehatan Manusia

    Efek pertama yang paling penting dari pencemaran udara adalah Kesehatan manusia itu sendiri. Salah satu penyakit yang muncul akibat permasalahan udara adalah penyakit paru-paru dan pernafasan lainnya.

    Di Amerika Serikat sekitar 40 ribu orang Meninggal akibat dari pencemaran udara yang terjadi di Negara tersebut. Sedangkan, salah satu Negara Asia yang memiliki Penduduk terpadat, India bertanggung jawab atas 500 ribu kematian setiap tahunnya. Kematian tersebut, disebabkan oleh partikel yang dihirup manusia.

    Efek pada tubuh manusia berdasarkan dengan durasi paparan dan jenis konsentrasi partikel atau bahan kimia. Masalah Kesehatan yang ditimbulkan seperti pneumonia dan bronkitis. Efek pada jangka Panjang gangguan pernapasan kronis, penyakit jantung, kanker paru-paru, bahkan kerusakan serius pada hati, ginjal, saraf, dan otak.

    Polutan di udara juga berdampak pada paru-paru anak yang sedang tumbuh serta dapat memperparah kondisi bagi orang lanjut usia.

    Baca Juga: Emisi Debu Jatuh di Jakarta Semakin Mengkhawatirkan, Salah Siapa?

    Eutrofikasi

    Eutrofikasi adalah kondisi air seperti danau, sungai, dan laut mendapatkan pengayaan nutrisi dan bahan organik karena bersumber dari nitrat dan fosfor. Akibatnya, mendorong pertumbuhan tanaman dan alga yang cukup padat.

    Sumber penyebab eutrofikasi ini adalah hujan. Hujan membawa senyawa kimia akibat dari pencemaran udara ke dalam air. Sehingga senyawa tersebut mengendap dan menyebabkan pertambahan nutrisi di dalam air.

    Akibatnya, bahan organik yang tersedia menghabiskan lebih banyak oksigen di dalam air yang menyebabkan kematian kehidupan hewan dalam air.

    Hujan Asam

    Hujan asam merupakan hujan yang turun dengan pH air rendah dan memiliki sifat asam. Penyebab munculnya hujan asam adalah polusi udara dari kegiatan industri, kendaraan bermotor, dan pembangkit listrik. Dampak dari hujan asam, benda yang terkena akan mengalami pengikisan akibat korosi.

    Mengutip dari National Geographic, Hujan asam yang turun membawa senyawa sulfur dioksida dan nitrogen dioksida yang membuat air hujan memiliki pH rendah.

    Ketika hujan asam ini mengendap di suatu wilayah, maka menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan juga membunuh kehidupan di dalam air, hewan, pohon, dan tanaman. Selain itu, hasil hujan asam juga menimbulkan berbagai penyakit bagi manusia.

    Ozon Permukaan Tanah

    Ozon Permukaan Tanah adalah ozon yang melapisi bagian atas atmosfer. Jenis ozon ini bukanlah ozon yang baik untuk bumi. Ozon jenis ini diciptakan dari reaksi kimia Nitrogen Oksida (NOx) dan senyawa volatile organic (VOC).

    Ketika ozon ini bereaksi dengan sinar matahari, akhirnya menciptakan ozon permukaan tanah. Sumber dari ozon permukaan tanah adalah :

    • Emisi kendaraan bermotor
    • Pembangkit Listrik
    • Sumber pembakaran
    • Emisi industri
    • Pabrik Kimia
    • Asap tembakau
    • Kebakaran hutan

    Ozon di permukaan tanah ini menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global. Menghirup ozon ini menyebabkan gangguan pada Kesehatan, terutama anak-anak, lansia, dan penderita penyakit paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

    Efek Lainnya

    Dampak pencemaran udara bagi lingkungan

    Source: Nrdc.org

    Dampak pencemaran udara selain mengganggu Kesehatan manusia dan hewan serta merusak lingkungan dan tumbuh-tumbuhan, pencemaran udara akan mempengaruhi lingkungan. Salah satunya adalah menghitamnya bangunan di kota-kota besar, meskipun kota tersebut jauh dari pusat emisi industri dan pembangkit.

    Menghitamnya bangunan, juga disebabkan oleh emisi pada knalpot mobil, bus, dan kereta api. Biasanya diperlukan pengecatan ulang dari waktu ke waktu, dan cat tersebut menghasilkan emisi kimia. Knalpot kendaraan juga menjadi penyumbang hujan asam yang membuat pelapukan bangunan, korosi logam, dan pengelupasan cat pada permukaan.

    Bagaimana Mengurangi Dampak Pencemaran Udara

    Mengurangi dampak pencemaran udara bisa dilakukan dengan solusi jangka Panjang maupun jangka pendek. Tetapi pada dasarnya, untuk mengurangi pencemaran lingkungan perlu adopsi teknologi-teknologi ramah lingkungan.

    Selain itu, perlu adanya regulasi yang akan membantu industri atau pemilik kendaraan bermotor melakukan pengujian mengenai emisi yang dikeluarkan.

    Bagaimana proses pengujian? Untuk pengujian industri, Anda perlu melakukan uji Analisa baku mutu sumber tidak bergerak atau bergerak untuk memastikan bahwa emisi yang dikeluarkan benar-benar aman terhadap lingkungan.

    Untuk melakukan uji Analisa, Anda bisa melakukannya dengan menggandeng Laboratorium Lingkungan seperti PT Advance Analytics Asia (A3) Laboratories yang sudah mendapatkan sertifikat akreditasi untuk melakukan pengujian emisi industri. Dapatkan penawaran khusus uji dan Analisa baku mutu industri setelah membaca artikel ini.

    8 Bentuk-Bentuk Pencemaran Lingkungan

    Pencemaran Lingkungan semakin meningkat secara bertahap dan menimbulkan dampak serius terhadap makhluk hidup termasuk manusia. Meskipun pencemaran lingkungan disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh manusia seperti urbanisasi, industrialisasi, pertambangan, dan eksplorasi. Baik negara maju maupun berkembang bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan. Terdapat banyak bentuk polusi dari aktivitas manusia. Mari kita lihat apa saja bentuk-bentuk pencemaran lingkungan.

    Pencemaran lingkungan menjadi isu dan tantangan bagi setiap negara yang cukup serius. Meskipun dampak yang dirasakan dari pencemaran bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung, tetapi dalam jangka panjang akan berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Pengertian Pencemaran Lingkungan

    Pencemaran lingkungan adalah adanya bahan yang tidak diinginkan oleh lingkungan yang terkontaminasi dari zat berbahaya sebagai akibat dari kegiatan manusia. Masuknya bahan yang merusak dan beracun ke dalam lingkungan alam, dapat merusak alam.

    Lingkungan yang tercemar dapat terjadi pada air, udara, dan tanah. Selain itu, munculnya zat cair, padat, dan gas pada lingkungan akan merubah kondisi lingkungan tersebut, baik itu Sebagian maupun secara keseluruhan.

    Baca Juga: Ciri Ciri Air Mengandung Limbah, Nomor 5 Bikin Ngeri

    Bentuk-Bentuk Pencemaran

    Ada cukup banyak bentuk pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Apa saja itu?

    1. Udara

    Bentuk pencemaran lingkungan pada udara

    Source: NRDC.org

    Pencemaran udara menjadi salah satu bentuk kontaminasi lingkungan karena masuknya zat berbahaya ke udara. Polusi udara membuat udara kotor dan tercemar. Polusi pada udara terjadi ketika zat berbahaya, berbau, debu, dan asap dilepaskan ke udara pada tingkat yang cukup membahayakan bagi kesehatan makhluk hidup dan dapat merusak tanaman.

    Adapun contoh zat yang mencemarkan udara antara lain hidrokarbon, senyawa organik, karbon monoksida, partikel debu, sulfur oksida, dan nitrogen oksida.

    Pencemaran udara bisa terjadi akibat dari kegiatan manusia, seperti kendaraan bahan bakar fosil, asap pabrik, debu dari industri semen, industri baja dan alumunium, limbah plastik, memurnikan minyak bumi, memproduksi logam seperti baja dan alumunium.

    Terjadinya pencemaran udara bisa juga disebabkan oleh kondisi alam, seperti kebakaran hutan dan meletusnya gunung api.

    2. Lahan

    Sejak munculnya industrialisasi aktivitas manusia secara bertahap menghancurkan tanah, menimbulkan berbagai penyakit pada manusia dan makhluk hidup lainnya. Pencemaran pada lahan adanya kerusakan atau turunnya kualitas permukaan lahan bumi dalam hal penggunaan, lanskap, dan kemampuan untuk mendukung kehidupan disekitarnya.

    Pencemaran pada tanah sering terjadi akibat dari limbah dan sampah yang tidak dibuang dengan cara yang benar, sehingga menimbulkan racun dan bahan kimia ke tanah. Termasuk didalamnya pada kegiatan pertanian, ketika banyak Petani menggunakan Pupuk, Pestisida, dan bentuk produk sampingan lainnya.

    Eksploitasi mineral juga menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas tanah.

    3. Degradasi Tanah

    Selain itu, pencemaran pada tanah bukan hanya terjadi pada kapasitas tanah dibagian permukaan saja, tetapi kualitas tanah dalam kemampuan membentuk kehidupan lain di tanah, seperti tanaman atau disebut dengan degradasi tanah.

    Degradasi tanah akan terjadi akibat pencemaran kimia karena terkontaminasi oleh aktivitas penambangan, pembukaan vegetasi, dan erosi tanah lapisan atas. Hal ini terjadi karena aktivitas manusia yang memasukan zat, bahan, dan benda kimia yang secara langsung merusak tanah.

    Akibatnya tanah kehilangan kualitas mineral dan komposisi nutrisi. Penyebab utama dari degradasi tanah adalah pembuangan sampah di tanah, kegiatan industri, pertanian yang berlebihan, pertambangan, dan hujan asam.

    4. Kebisingan

    Kebisingan menjadi bagian dari bentuk pencemaran lingkungan. Pengertian dari kebisingan itu sendiri adalah suara yang menimbulkan ketidaknyamanan yang mengerikan di telinga manusia. Kebisingan terjadi akibat dari aktivitas sehari-hari seperti transportasi, industri manufaktur, dan teknologi.

    Polusi Suara memang tidak terakumulasi kepada lingkungan, tetapi berdampak pada kenyamanan manusia. Ketika gelombang suara yang kuat mencapai telinga manusia, itu dapat mempengaruhi otot tubuh manusia. Meskipun tidak berdampak pada angka kematian, tetapi hanya ketidaknyamanan.

    Kebisingan tidak hanya menganggu manusia, tetapi juga menganggu hewan, baik di darat dan air dengan pengaruh yang sama dengan manusia, bagi hewan kebisingan dapat menyebabkan kematian.

    5. Air

    Bentuk Pencemaran Air

    Source: Newcivilengineer.com

    Pencemaran air adalah tercemarnya badan air termasuk pada sungai, laut, danau, dan air tanah. Pencemaran pada air terjadi akibat masuknya bahan berbahaya seperti bahan kimia, limbah, dan zat terkontaminasi secara langsung atau tidak langsung ke air. Ketika adanya perubahan sifat kimia, fisik, dan biologi yang memenuhi syarat sebagai pencemaran air.

    Kontribusi utama dari pencemaran lingkungan adalah aktivitas manusia yang memasukan zat mencemari air dengan bahan kimia berbahaya, dan beracun.

    Penyebab pencemaran air terjadi akibat dari kegiatan industri, tumpahan minyak, air limbah, membuang sampah ke air, kebocoran, pestisida, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Kotoran hewan. Air dianggap sebagai lingkungan paling tercemar kedua setelah udara.

    6. Panas atau Termal

    Pencemaran panas atau termal menjadi salah satu polusi yang mengancam kehidupan manusia dan kehidupan lingkungan. Pengertian dari polusi termal adalah keadaan suhu air dan udara alami berubah membuat komponen didalamnya beralih, dan struktur ekologi bahan organik ikut berubah.

    Penyebab dari polusi termal yang paling sering terjadi akibat pelepasan panas dari aktivitas manusia dan industri. Di era saat ini, polusi termal menjadi ancaman besar yang dipengaruhi oleh aktivitas Pembangkit Listrik berbahan bakar batubara dan gas alam serta industri yang menggunakan air sebagai pendingin.

    Pada kondisi alami, air hujan dari jalan juga membuang air dalam suhu tinggi ke sumber air yang berdekatan. Ketika air digunakan sebagai pendingin atau terlepas dari reservoir, hal itu juga mengubah suhu alami air.

    Polusi ini memang tidak terdampak langsung pada manusia, tetapi dapat merusak ekosistem air yang disebabkan perubahan suhu air.

    Baca Juga: Emisi Debu Jatuh di Jakarta Semakin Mengkhawatirkan, Salah Siapa?

    7. Industri

    Pencemaran industri adalah pencemaran yang terjadi akibat kegiatan industri yang membuang limbah dan polutan ke alam. Polutan dan limbah pada industri meliputi emisi udara, endapan air sisa produksi ke sumber air, TPA, dan injeksi bahan berbahaya beracun ke tanah.  Pencemaran dari industri menyebabkan rusaknya tanaman, membunuh hewan, ketidakseimbangan ekosistem, dan menurunkan kualitas hidup.

    Industri yang berkontribusi dalam pencemaran lingkungan adalah pembangkit listrik, pabrik baja, pabrik pengolahan limbah, pabrik pemanas, dan peleburan kaca. Industri tersebut melepaskan asap, limbah, sisa produksi, produk berbahaya beracun, dan produk konsumen kimia yang berakhir di lingkungan dan menyebabkan pencemaran.

    8. Cahaya

    Bentuk-bentuk pencemaran selanjutnya adalah cahaya yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Hal ini disebabkan oleh penggunaan cahaya buatan seperti lampu terlalu lama dan berlebihan yang membuat cerahnya langit pada malam hari.

    Hal ini menganggu aktivitas dan siklus alam satwa liar dan mempengaruhi kesehjahteraan manusia. Seluruh lampu yang digunakan pada tempat yang tidak semestinya menyebabkan gangguan.

    Baca Juga: Perlukah Uji Laboratorium Lingkungan Dilakukan?

    Penutup

    Setiap aktivitas industri memang berdampak terhadap lingkungan. Tetapi Anda bisa menimalisir dampak tersebut dengan melakukan uji, Analisa, dan monitoring pencemaran yang terjadi disekitar lokasi kerja.

    Bagaimana langkah melakukan uji, Analisa, dan monitoring pencemaran? Anda bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories sebagai Laboratorium Lingkungan yang sudah memiliki sertifikat akreditasi untuk melakukan pengujian parameter kualitas lingkungan dan pengambilan contoh uji.

    Hubungi tim Sales kami untuk mendapatkan penawaran khusus untuk melakukan uji, Analisa, dan monitoring pencemaran lingkungan di sekitar industri Anda.

     

    Penanganan Limbah Industri secara efektif

    Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

    Limbah industri dapat merusak lingkungan. Mulai sekarang, Perusahaan perlu mengetahui langkah-langkah untuk pengelolaan limbah industri dalam mencegah pencemaran lingkungan. Setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah industri yang salah akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

    Ketika limbah hasil manufaktur dan industri tidak dikelola secara tepat, tentu akan mencemari udara, air, dan tanah. Apabila limbah hanya dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS), pada akhirnya bisa memunculkan gas metana. Jika gas metana meningkat, akan menjadi efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

    Bagaimana Penanganan Limbah Industri

    Pengelolaan limbah industri merupakan proses yang meliputi pemilahan, pengomposan, penimbunan, dan daur ulang. Sebelum limbah dibuang, tentu langkah-langkah diatas perlu dilakukan. Tetapi untuk melakukannya, industri perlu mengetahui karakteristik dari limbah yang akan dibuang ke lingkungan. 

    Setiap limbah yang dihasilkan oleh industri memiliki karakter yang berbeda berdasarkan jenis, tingkat produksinya, dan bagaimana penanggulangannya. 

    Kenapa Limbah Industri Menjadi Masalah?

    Kehadiran industri memang menghadirkan berbagai jenis produk yang membuat manusia merasa mudah dan nyaman. Tetapi semua aktivitas tersebut meninggalkan masalah yang cukup kompleks, salah satunya mengenai pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah.

    Hal ini dikarenakan, limbah industri menyebabkan pencemaran pada air, udara, dan tanah jika tidak ditanggulangi dengan tepat dan efektif. Sehingga menjadi pemicu masalah  Kesehatan manusia dan lingkungan.

    Meskipun di Indonesia kebijakan dan regulasi mengenai pengelolaan limbah sudah ada, tetapi masih banyak pelaku industri yang melanggar. Dikarenakan memang kontrol dan pengawasan yang tidak begitu ketat dari regulator. 

    Baca Juga: Pentingnya Rutin Melakukan Pengolahan Air Limbah 6 Bulan Sekali

    Selain itu, perusahaan tidak memiliki akses informasi yang baik mengenai penanggulangan limbah industri dan tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan secara sistemik dari pembuangan limbah industri yang tidak tepat.

    Jika Anda butuh diskusi mengenai pengelolaan limbah yang tepat, Anda bisa menghubungi PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories sebagai konsultan Analisa Limbah di lokasi industri Anda.

    Daftar Regulasi Pemerintah Tentang Pengelolaan Limbah Industri dan Pencemaran Lingkungan

    Dalam mencegah dampak pencemaran lingkungan, Pemerintah sudah menggunakan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Kementerian, hingga Perda.. Ada cukup banyak kebijakan yang digunakan untuk menjaga lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan manusia maupun makhluk hidup lainnya. 

    Undang-Undang

    • Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 

    Amdal / Izin Lingkungan

    • PP No 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Dampak Lingkungan
    • PP No 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
    • Keputusan Menteri LH No 45 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaksanaan RKL-RPL
    • Peraturan Menteri LH No 08 Tahun 2006 Tentang Penyusunan AMDAL
    • Peraturan Menteri LH No 13 Tahun 2010 Tentang UKL-UPL dan SPPL
    • Peraturan Menteri LH No 5 Tahun 2012 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib AMDAL
    • Peraturan Menteri LH No 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
    • Peraturan Menteri LH No 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan

    Pengendalian Pencemaran Udara

    • Kepka Bapedal No 205 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
    • Peraturan MenLH No 12 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Daerah

    Pengendalian Pencemaran Air

    • Permenkes No 416/Men.Kes/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

    Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup

    • Peraturan Pemerintah No 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa
    • Peraturan Pemerintah No 04 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan

    Limbah B3

    • Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999  Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
    • Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
    • Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun
    • Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI NO P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 Tentang Perizinan Pengelolaan Limbah B3 Terintegrasi Dengan Izin Lingkungan Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

    Penegakan Hukum Lingkungan

    • Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 2000 Tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan

    Baku Mutu

    • KepMen LH No 48 Tahun  1996 Tentang Baku Mutu Kebisingan
    • KepMen LH No 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Kebauan
    • KepMen LH No 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
    • KepMen LH No 49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran

    Bagaimana Mencegah Pencemaran Limbah?

    Mencegah pencemaran limbah adalah kegiatan penggunaan proses, praktik, bahan atau energi yang meminimalkan dalam pembentukan polutan atau limbah untuk mengurangi dampak lingkungan terhadap pencemaran, Kesehatan manusia, dan ekosistem di sekitarnya. 

    Hal ini juga berdasarkan pada kebijakan yang terdapat didalam UU No 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian. Pada pasal 21 disebutkan bahwa “Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan terjadinya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.”

    Tentu dengan dasar hukum tersebut, Perusahaan dan industri wajib menjaga kegiatan industri yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dengan melakukan penanganan maupun pencegahan pencemaran lingkungan dengan tepat. 

    Langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh Perusahaan adalah dengan melakukan pengurangan sumber limbah dan daur ulang serta pengolahan limbah secara bijak, sehingga pembuangan limbah ke lingkungan dapat dilakukan dengan cara yang aman dan tepat tanpa menyebabkan pencemaran lingkungan.

    Pengolahan Limbah untuk Pencegahan Pencemaran Lingkungan

    Penanganan Limbah Industri sebelum dibuang ke lingkungan

    Source: sennebogen-na.com

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam mengelola Limbah industri, sehingga bisa dibuang secara aman ke lingkungan, yaitu:

    Mengurangi Sumber Limbah

    Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh Perusahaan dalam mencegah pencemaran limbah adalah dengan mengurangi sumber limbah yang dihasilkan dari proses produksi atau manufaktur. Telah banyak perusahaan yang melakukan strategi pengurangan limbah dari aktivitas mereka, beberapa langkah yang mereka lakukan menggunakan metode:

    Modifikasi Teknologi

    Salah satu langkah yang cukup efektif dalam pengurangan jumlah sumber limbah adalah dengan pemanfaatan teknologi. 

    Fasilitas Terorganisir

    Cara lain yang bisa dilakukan untuk pengurangan limbah adalah dengan cara membuat fasilitas terorganisir yang mampu menampung limbah dan mengolah limbah menjadi lebih aman sebelum dibuang ke lingkungan. 

    Re-formulasi atau Redesain

    Anda bisa memformulasikan atau meredesain ulang dalam proses produksi, sehingga limbah buangan yang dihasilkan lebih sedikit. Tetapi Anda juga perlu memperhatikan bahwa langkah ini dilakukan dengan bijak dan tanpa mempengaruhi produksi limbah di tahap lain.

    Daur Ulang

    Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan oleh industri dalam menangani limbah adalah melakukan daur ulang limbah-limbah yang tidak terpakai. Mungkin hanya beberapa industri yang dapat mendaur limbah dari proses industri mereka. Tetapi langkah ini bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan industri. 

    Baca Juga: Hargai Lingkungan Dengan Menerapkan 10 Langkah Mudah Ini

    Pengelolaan Limbah

    Mengelola Limbah adalah praktik yang sering dilakukan industri agar limbah yang dibuang memiliki perubahan karakter, seperti limbah berbahaya menjadi limbah yang tidak berbahaya, setelah diolah dengan langkah-langkah yang umum dilakukan, seperti:

    Secara Fisik

    Penanganan limbah industri bisa dilakukan dengan mengelola perubahan secara fisik, tetapi cara ini tidak merubah sikap kimia. Karena limbah di proses untuk merubah ukuran, bentuk atau keadaannya saja. Dengan cara :

    • Penyerapan karbon
    • Penyulingan (Distilasi)
    • Penyaringan (filtrasi)
    • Penguapan (Volatisasi)
    • Penggilingan (Grinding)
    • Pemadatan (Campacting)

    Secara Kimia

    Proses pengolahan limbah secara kimia dilakukan dengan mengubah komposisi limbah atau merubah karakter limbah menggunakan bahan kimia. Sehingga akan muncul reaksi yang terjadi pada limbah tersebut. Penambahan bahan kimia tersebut untuk menghilangkan partikel, logam, dan zat organik beracun yang ada pada limbah.

    Adapun metode yang digunakan :

    • Penetralan
    • Oksidasi dan Reduksi
    • Pengendapan
    • Pencucian asam
    • Menukar Ion
    • Insinasi
    • Desorpsi Thermal

    Secara Biologi

    Pengolahan limbah secara biologi adalah proses pengolahan limbah dengan menambahkan organisme lain untuk menguraikan komponen organik yang terdapat pada limbah tersebut. Organisme yang ditambahkan akan mengurai limbah tersebut. Metode yang digunakan adalah:

    • Organisme Aerob
    • Organisme Anaerob

    Bagaimana Penanganan Limbah Industri Terbaik?

    Ketika Anda sudah melakukan metode diatas, Anda masih perlu pengecekan Baku Mutu atas buangan limbah yang dilakukan. Proses pemeriksaan Baku Mutu perlu menggandeng pihak eksternal, yaitu Laboratorium Lingkungan terakreditasi. 

    Baca Juga: Laboratorium Lingkungan: Peran, Fungsi, dan Memilihnya

    Dengan Laboratorium Lingkungan, Anda juga bisa berkonsultasi dalam penanganan Limbah industri dengan lebih baik dan aman sebelum dilepas ke lingkungan. Anda juga perlu melakukan pengujian, Analisa, dan monitoring limbah sesuai dengan parameter-parameter yang sudah diatur dalam regulasi Pemerintah. Sehingga Penanggulangan limbah industri dapat dimaksimalkan tanpa memberikan dampak kepada pencemaran lingkungan.

    Temukan Solusi Lengkap masalah Limbah dan buangan emisi industri di PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi Tim laboratorium kami untuk informasi pengujian dan Analisa.

     

    Cara Pengelolaan Limbah Industri Tekstil

    Langkah-Langkah Pengelolaan Limbah Industri Tekstil

    Industri tekstil adalah industri yang cukup berkembang pesat di Indonesia. Jenis industri ini hampir tersebar di seluruh Indonesia. Dibalik pertumbuhan yang signifikan, industri tekstil sering memberikan jejak pencemaran dari limbah produksi industri tekstil yang berdampak pada lingkungan. Bagaimana pengelolaan limbah industri tekstil yang tepat? Mari kita ulas!

    Industri tekstil mungkin menjadi salah satu industri tertua yang ada di dunia. Kita sudah mengenai industri tekstil sejak abad ke 2 Sebelum Masehi. Jalur ini merupakan jalur utama yang digunakan oleh para pedagang dari Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Disebut Jalur Sutra karena banyak pedagang tekstil yang menggunakan jalur ini untuk berdagang Kain Sutera.

    Dapat dikatakan, Industri tekstil menjadi salah satu industri yang membantu perkembangan pembangunan dan perdagangan dunia. Namun, saat ini industri tekstil masih memberikan jejak limbah yang perlu ditangani lebih baik, untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang lebih parah. 

    Pengertian Limbah Industri Tekstil

    Limbah Industri tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses produksi bahan-bahan tekstil. Terutama dari proses pengkanjian, penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan bahan. 

    Proses penyempurnaan kapas pada industri tekstil, menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan proses penyempurnaan bahan sintetis.

    Baca Juga: Mengenal Karakteristik Limbah Cair, Nomor 3 Paling Sering Ditemui!

    Sumber Limbah

    Pada Industri tekstil, sumber limbah dihasilkan dari proses pewarnaan. Hasil pewarnaan tersebut, biasanya dibuang begitu saja ke aliran air tanpa dikelola dengan baik terlebih dahulu. Menurut Parlemen Eropa, Industri tekstil bertanggung jawab atas 20% polusi air bersih dunia dari proses pewarnaan dan finishing.

    Pencucian produk dengan cara sintetis diperkirakan menyumbang 0,5 juta ton serat mikro ke laut setiap tahun dan pencucian pakaian sintetis menyumbang 35% microplastic primer yang dilepaskan ke lingkungan. Satu pakaian dengan bahan polyester dapat melepaskan 700 ribu microplastic yang dapat berakhir di rantai makanan.

    Jika limbah tekstil dibuang begitu saja, tentu akan berpotensi menyebabkan pencemaran air dengan kandungan amoniak yang cukup tinggi. Selain itu, masih ada sumber limbah lain dari aktivitas industri tekstil:

    • Larutan penghilang kanji: Zat ini umumnya langsung dibuang dan mengandung zat kimia penghilang kanji pati, PVA (Polyvinyl Alcohol), CMC (Carboxymethyl Cellulose), enzim, dan asam. Menghilangkan kanji, umumnya memberikan BOD (Biochemical oxygen demand) lebih banyak dibanding proses lainnya.
    • Pemasakan dan Maserisasi menjadi bagian pemucatan semua kain akan menjadi limbah cair yang menghasilkan basa, asam, COD (Chemical oxygen demand), BOD, padatan tersuspensi, dan zat kimia lainnya.
    • Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan limbah cair yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan lain dari zat warna seperti fenol dan logam.

    Jenis Limbah Industri Tekstil

    Limbah Kain Perca

    Contoh Limbah padat Industri Tekstil Source: Afrik21.africa

    Cair:

    1. Zat Warna
    2. Pigmen
    3. Pelarut organik
    4. Hidrokarbon terhalogenasi 
    5. Logam berat
    6. Amoniak
    7. Sulfida
    8. Ph air yang tinggi

    Padat :

    1. Kain Perca
    2. Sisa benang
    3. Sisa Resleting
    4. Bahan tambahan

    Baku Mutu Limbah Cair Industri

    PARAMETER

    SATUAN KADAR MAKSIMUM
    Biochemical oxygen demand (BOD)

    mg/L

    60
    Chemical oxygen demand (COD)

    mg/L

    150
    Total suspended solid (TSS)

    mg/L

    50
    pH 6,0-9,0
    Fenol Total

    mg/L

    0,5
    Krom Total

    mg/L

    1,0
    Amonia Total

    mg/L

    8,0
    Sulfida

    mg/L

    0,3
    Minyak dan Lemak

    mg/L

    3,0

    Sumber : KepMen LH No 51/MENLH/10/1995

    Pengolahan Limbah Tekstil

    Pembuangan limbah tekstil yang dilakukan di atas batas atas baku mutu ke lingkungan tentu akan berdampak pada pencemaran lingkungan tersebut. 

    Pengolahan Dengan Cara Kimia

    Pengolahan limbah tekstil didasarkan pada penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan limbah. Bahan kimia digunakan sebagai pengikat koagulan serta floakulan yang berfungsi menjadi pengikat TSS (Total suspended solid) untuk membentuk lumpur/sludge dengan karakteristik menggumpal dan mengendap. Cara tersebut dilakukan untuk menghilangkan partikel logam-logam berat, dan zat organik beracun.

    Khusus pada limbah cair dari industri tekstil yang memiliki kadar air >9 maka Ph perlu dinetralisir terlebih dahulu agar nilai Ph air mencapai angka <9. Umumnya jenis bahan kimia yang digunakan adalah Alumunium Sulphate dan Poly Alumunium Cloride.

    Lumpur yang terbentuk dari proses kimia akan mengendap di dasar sedimentasi atau clarifier. Lumpur yang terbentuk akan dibuang dengan cara sistematis. Sedangkan air yang sudah jernih akan di buang ke sungai.

    Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

    Pengolahan Cara Fisika

    Proses fisika adalah pengolahan limbah dengan proses penyaringan dan adsorpsi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan padat dan cair melalui alat penyaring. Sedangkan adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorben seperti zeolit, karbon aktif, dan serbuk gergaji. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh ukuran Ph, partikel, dan lama waktu kontak antara adsorben dan zat limbah pencemar.

    Pengolahan Limbah dengan Biologi

    Pengelolaan limbah industri tekstil dengan Teknik biologi dilakukan dengan menggunakan bakteri atau jamur. Cara ini dilakukan untuk menghilangkan zat warna dari limbah cair yang dihasilkan. 

    Manfaat Pengelolaan Limbah Tekstil dengan Tepat

    Bagi industri tekstil pengelolaan limbah yang tepat dapat mendapatkan mengurangi pengeluaran, meningkatkan profitabilitas, dan membangun reputasi bisnis, seperti:

    • Mengurangi biaya pembelian bahan pengelola limbah.
    • Meminimalisir biaya pengolahan dan pembuangan limbah.
    • Meningkatkan kualitas air limbah
    • Meningkatkan citra publik bahwa perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan menyediakan tempat kerja yang aman.

    Lakukan Uji dan Monitoring Limbah Secara Rutin

    Jika bisnis telah mengelola limbah dengan tepat sesuai dengan regulasi yang ada, tentu perlu melakukan Uji dan Monitoring secara rutin. Uji dan monitoring ini bisa dilakukan dengan menggandeng pihak eksternal untuk membantu pengawasan dan pengendalian limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil terhadap lingkungan. Sehingga dapat mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan secara komprehensif. 

    Dapatkan layanan uji dan monitoring Limbah dengan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi tim Sales kami untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai monitoring dan Analisa limbah tekstil perusahaan Anda.