Category News

Berbagai macam Limbah Industri Pulp & Kertas

Ancaman Limbah Industri Pulp dan Kertas

Pabrik kertas merupakan industri yang cukup populer di Indonesia. Banyak perusahaan kertas berasal dari Holding Company raksasa Indonesia. Selain itu, industri Pulp dan Kertas masih menjadi industri yang cukup menjanjikan. Namun, industri tersebut meninggalkan masalah limbah yang merusak lingkungan. Apa saja limbah Industri pulp dan kertas yang sering ditemui?

Industri kertas masuk dalam golongan industri penghasil produk kayu olahan dan turunannya, seperti pulp, paper, plywood, hingga furniture. Industri ini menjadi penopang ekonomi Indonesia. Hingga awal 2022, Indonesia memiliki 99 pabrik kertas yang tersebar di berbagai wilayah. 

Pertumbuhan Industri Kertas

Di saat Covid-19 melanda seluruh dunia, industri kertas masih memberikan hasil positif dengan pertumbuhan 2,1% secara global. Sedangkan di dalam negeri tumbuh 63% dalam rentang waktu 2017-2022.

Produktivitas industri pulp dan kertas tumbuh signifikan tak terlepas dari kondisi geologi Indonesia. Tanah Indonesia cukup baik sebagai pengembangan tanaman industri dibandingkan dengan negara lain. Sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. 

Menurut Katadata, pada April 2021, industri pulp dan kertas menghasilkan Rp 101 triliun nilai ekspor dan menyerap investasi hingga Rp 8,22 triliun pada 2019. 

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Masalah Lingkungan Pabrik Kertas

Ancaman Limbah Industri Pulp dan Kertas di Indonesia

Source: Liputan6.com

Meskipun menyumbang devisa yang cukup besar terhadap negara, Industri kertas dari pabrik-pabrik kertas yang ada menyumbang pencemaran lingkungan yang cukup besar. Industri kertas dianggap sebagai industri yang dianggap sebagai industri penyumbang pencemaran terbesar di dunia.

Pencemaran lingkungan dihasilkan dari proses produksi kertas. Berbagai bahan limbah terdiri dari ampas, dreg, kapur, abu pembakaran, kulit dan serbuk kayu, dan limbah lumpur. 

Pembuatan pulp atau bubur kertas merupakan tahap awal pencemaran industri terbesar di industri ini. Selain itu, pemutihan menjadi langkah terakhir dari proses pemutihan sumber kertas. Dalam prosesnya sangat intensif menggunakan energi dan air dalam hal pemanfaatan air tawar. 

Limbah Cair

Air limbah yang dihasilkan dari industri kertas merupakan bahan kimia konsentrasi tinggi seperti natrium hidroksida, natrium karbonat, natrium sulfida, bisulfit, klorin dioksida, kalsium oksida, asam klorida, dan sebagainya. Masalah utama dari air limbah merupakan kandungan organik tinggi (20-110 kg COD/kering kertas kering udara), pewarnaan coklat gelap, dan berbagai polutan beracun lainnya. Dimana air digunakan cukup banyak dalam proses pemutihan kertas.

Limbah Padat

Tidak hanya limbah cair, industri kertas juga menghasilkan limbah padat yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat seperti lumpur, kapur, abu boiler dan tungku, lumpur scrubber, residu kayu, dan lumpur pengolahan air limbah.

Pembuangan limbah padat pada industri kertas perlu dilakukan dengan tepat, karena dampaknya pada lingkungan cukup besar. 

Limbah Gas

Limbah gas dihasilkan dari proses kraft pulping dan pemulihan bahan kimia yang menghasilkan gas sulfur berbau dan uap yang menyebabkan polusi udara, seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, metanol, aseton, dan kloroform. Pencemaran udara yang paling sering ditemukan adalah uap air. 

Setiap limbah yang dihasilkan perlu dilakukan proses yang berbeda. Jumlah, jenis, dan karakteristik dari limbah perlu diketahui secara baik sehingga bisa dilakukan pengelolaan yang tepat. 

Strategi pembuangan, terutama pembuangan limbah padat yang dihasilkan oleh industri kertas bervariasi menyesuaikan pada peraturan yang berlaku. Seperti PP 85 Tahun 1999, KepMenPerin No 514 Tahun 2015 Tentang Penetapan Industri Hijau untuk Industri Pulp dan Pulp terintegrasi Kertas menjadi acuan dalam pengelolaan limbah industri pulp dan kertas.

Baca Juga : Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Pengelolaan Limbah Industri Pulp dan Kertas

Industri Pulp dan Kertas menjadi industri yang cukup banyak mengkonsumsi air dan energi. Air limbah dan limbah padat menjadi masalah utama dari Pabrik Pulp dan Kertas, karena industri ini banyak mengkonsumsi air dalam proses produksi.

Selama aktivitas proses produksi pulp dan kertas, menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah lingkungan di kemudian hari. Untuk mengatasi masalah tersebut, tentu perlu dilakukan beberapa langkah, seperti: Penggunaan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan. 

Selain itu, pendekatan yang dilakukan bisa dengan dua cara:

Pemulihan dan Daur Ulang Bahan Kimia

Sistem ini penting dalam proses pembuatan pulp kimia secara signifikan dalam mengurangi polutan. Terlebih cara ini cukup ekonomis untuk dilakukan. 

Hampir seluruh pabrik Pulp dan Kertas di seluruh dunia menggunakan cara ini dalam sistem pemulihan bahan kimia. Selain itu, sistem scrubber partikulat “baghouses” atau electrostatic precipitators (ESPs) sering dijadikan sebagai alat pengontrol polusi udara. 

Regulasi Integrasi Polusi, Pencegahan, dan Pengendalian

Metode ini diklaim menjadi metode yang efektif dalam mengurangi biaya, tanggung jawab, dan beban regulasi pengelolaan limbah berbahaya. Untuk limbah B3 bisa dilakukan langkah-langkah: 

  • Produksi, perencanaan, dan pengurutan
  • Penyesuaian dan atau modifikasi proses
  • Penggantian bahan baku
  • Pemilahan 
  • Daur ulang

Kesimpulan

Permintaan kertas selalu meningkat setiap hari akibat dari perkembangan populasi dan industrialisasi. Pemanfaatan air dan energi menjadi perhatian penting di seluruh dunia. Industri Pulp dan Kertas menjadi salah satu industri yang cukup banyak menghasilkan limbah, terutama limbah cair. Selain itu, pengelolaan limbah padat juga menjadi perhatian penting juga. 

Minimalisir jumlah limbah yang dihasilkan menjadi pendekatan yang cukup penting untuk dilakukan oleh industri pulp dan kertas. Baik itu dalam menghilangkan polusi udara, pencemaran air, dan tanah. Limbah industri pulp dan kertas perlu dilakukan cara-cara preventif untuk mengurangi dan mengatasinya, demi menghindari kerusakan lingkungan yang lebih parah. 

Saat ini, industri kertas perlu mencari cara untuk menjaga lingkungan sekitar. Salah satunya dengan melakukan uji dan analisa lingkungan secara rutin. Industri Pulp dan Kertas bisa melakukan pengujian bersama Laboratorium Lingkungan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi tim kami untuk uji dan analisa.

 

iNDIKATOR BAKU MUTU LINGKUNGAN

Fungsi dan Penerapan Baku Mutu Lingkungan sebagai Alat Uji

Baku mutu lingkungan menjadi instrumen yang digunakan dalam menganalisis pencemaran lingkungan. Dengan adanya indikator baku mutu, perusahaan bisa melakukan analisis yang tepat mengenai kondisi lingkungan di sekitar industri mereka. Tentu untuk menganalisisnya, Anda perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan yang bisa membantu Perusahaan mengukur kondisi lingkungan tersebut menggunakan alat-alat yang bersertifikasi.

Seiring dengan pertumbuhan industri, selain memberikan dampak positif, hal tersebut juga memberikan dampak negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran lingkungan. Sudah sejak era industri dimulai, industri secara global telah memberikan dampak luar biasa bagi lingkungan. Industri menghasilkan emisi yang merusak lingkungan dari setiap aktivitas yang dilakukan.

Saat ini seluruh negara sudah sepakat untuk mengurangi jumlah emisi dengan campaign Net Zero Emission. Mengenai Hal tersebut sudah kita bahas di artikel Decarbonization Industry.

Apa itu Baku Mutu Lingkungan

Baku mutu lingkungan ini merupakan batasan yang mengikat secara hukum untuk mengukur standar kualitas batas kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen untuk melihat seberapa tercemarnya lingkungan. 

Setiap negara memiliki baku mutu lingkungan masing-masing yang diatur dalam setiap kebijakan di negara tersebut. Baku mutu lingkungan tidak mengacu pada sumber emisi, melainkan mempertimbangkan kondisi lingkungan secara spesifik. 

Baca Juga: 18 Daftar Parameter Pengujian Limbah Industri

Baku mutu ini memiliki tingkatan, seperti tingkat intervensi (sebagai alarm), tingkat toleransi maksimum (untuk jangka pendek), dan tingkat yang diinginkan (Jangka Panjang). Jika industri masuk dalam fase intervensi, tentu perlu melakukan tindakan perbaikan. 

Penetapan standar tersebut akan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti penetapan prioritas, penilaian risiko, manajemen risiko, dan konsultasi publik.

Fungsi Baku Mutu Lingkungan

Keberadaan baku mutu tentu memiliki implikasi yang jelas bagi setiap industri dalam melakukan aktivitasnya, tanpa perlu mengganggu atau merusak lingkungan. 

Fungsi dari baku mutu lingkungan menjadi indikator instrumen untuk mengatakan bahwa lingkungan telah tercemar dan untuk mengetahui seberapa tercemarnya atau rusaknya lingkungan.

Di dalam Baku Mutu Lingkungan terdapat nilai ambang batas yang menjadi batas daya dukung, daya tenggang, dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas terdapat nilai terendah dan tertinggi yang menjadi nilai acuan kandungan zat-zat, makhluk hidup, atau komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan, khususnya mempengaruhi mutu lingkungan. 

Jika nilai ambang batas masuk dalam takaran tertinggi, menandakan bahwa lingkungan telah tercemar.

Penerapan Baku Mutu

Baku mutu lingkungan diterapkan digunakan untuk mengukur seluruh aktivitas industri yang menciptakan limbah maupun gas buang. Seperti pada sumber air, baku mutu limbah cair, udara ambien, udara emisi, dan air laut. 

Sehingga industri memiliki ambang batas dalam pengendalian pencemaran lingkungan di lokasi industri yang dimiliki. Saat ini fokus Pemerintah Indonesia dalam masalah lingkungan adalah mengurangi gas rumah kaca, berdasarkan pada perjanjian Paris. 

Baca Juga: Kenapa Air Limbah Domestik Perlu Diuji?

Pembagian Baku Mutu

Baku mutu lingkungan dibagi menjadi beberapa hal, yaitu: 

  • Baku Mutu udara : Untuk mengontrol kualitas udara dari emisi
  • Baku Mutu Air : Digunakan untuk mengontrol kualitas air
  • Baku Mutu Gangguan : Terdiri dari getaran, kebisingan, dan bau

Kesimpulan

Bagaimana mengetahui kualitas baku mutu dan melakukan pengujian baku mutu? Pertanyaan ini memang sering muncul di kalangan GA, HRD, K3, dan HSE di industri. Nilai indikator baku mutu tertuang dalam beberapa kebijakan dan regulasi Pemerintah. Baik itu, UU, Perpu, Permen KLHK, hingga Perda.

Sedangkan untuk melakukan pengujian baku mutu lingkungan, diperlukan pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Lingkungan terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Salah satunya adalah A3 Laboratories. Dapatkan informasi lengkap mengenai A3 Laboratories hanya di Lab.id.

 

Bagaimana mengukur parameter pencemaran lingkungan

Deretan Parameter Pencemaran Lingkungan

Saat suatu lingkungan tercemar, tentu terdapat parameter yang menjadi indikator bahwa lingkungan tersebut tercemar. Selain dari beberapa kondisi yang terlihat secara kasat mata, terdapat juga kondisi yang tidak kasat mata. Parameter pencemaran lingkungan perlu dilakukan monitoring dan pengujian secara rutin oleh industri untuk mengetahui dampak pencemaran yang terjadi.

Pencemaran terjadi akibat dari kegiatan manusia. Termasuk proses aktivitas industri yang membuang limbah secara tidak bertanggungjawab. Sehingga menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar. Selain itu, pencemaran juga bisa terjadi akibat ulah masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Seperti membuang ke lahan kosong, sumber air, dan udara seperti membakar sampah. 

Ada beberapa parameter yang digunakan dalam proses monitoring lingkungan. Parameter ini menjadi acuan dalam pengukuran lingkungan. Apa saja parameter yang digunakan?

Parameter lingkungan harus dipantau sesuai dengan persyaratan yang yang ditentukan oleh regulasi. Secara luas, parameter pencemaran lingkungan diklasifikasikan menjadi empat kelompok.

Baca Juga: Definisi Polutan Udara : Parameter & Fakta Penting

Parameter Pencemaran Lingkungan

Parameter Kimia

Parameter kimia adalah parameter yang menjadi acuan dari sisi kimia, meliputi Karbon Dioksida (CO2), pH, alkalinitas, fosfor, dan aktivitas berat yang menimbulkan efek kimia.

Parameter Biokimia

Parameter ini meliputi Biochemical Oxygen Demand atau BOD. BOD menjadi salah satu indikator dalam pengukuran pencemaran air. Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air, melalui penguraian bahan organik dari mikroorganisme.

Parameter Fisik

Parameter fisik adalah parameter yang terlihat, seperti temperatur, warna, rasa, bau, kejernihan, dan kandungan bahan radioaktif. 

Parameter Biologi

Parameter Biologi juga menjadi acuan dalam pengukuran parameter limbah lingkungan. Biasanya mengukur mikroorganisme seperti bakteri, virus, bentos, dan plankton. 

Setiap unsur lingkungan bisa dilakukan pengujian untuk mengukur kadar pencemaran. Seperti pada lahan, air, dan udara. Oleh karena itu, perlu diukur secara rutin untuk mengetahui kadarnya.

Parameter Keberlanjutan yang Perlu Diukur Industri

Menjadi industri yang ramah lingkungan memang tidak mudah, Anda juga perlu mempertimbangkan kelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan beberapa metrik berikut ini:

Risiko Iklim

Risiko iklim menjadi parameter yang perlu diukur oleh industri dalam memperhitungkan perubahan lingkungan ataupun perubahan iklim dari aktivitas industri. Perusahaan perlu menganalisa apa saja risiko iklim yang terjadi akibat dari kegiatan yang dilakukan. 

Bisnis juga perlu menganalisa mengenai hal ini, karena risiko iklim akan berdampak pada keuangan bisnis di masa depan. Masih banyak pebisnis yang tidak memiliki pandangan luas mengenai dampak risiko iklim terhadap bisnis mereka. 

Pemanasan global yang terjadi memang tidak terlepas dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Oleh sebab itu, CEO dan para Pemimpin bisnis perlu memiliki kebijakan yang tepat dalam membuat kebijakan bisnis yang tepat untuk membangun bisnis ramah lingkungan.

Emisi Karbon

Emisi karbon lingkungan

Source: Bayren.org

Emisi karbon menjadi perjanjian yang sudah disepakati oleh negara-negara yang hadir di Konferensi Paris pada 2015 untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan.

Perusahaan perlu mengurangi emisi karbon dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam aktivitas industri yang dilakukan. Perlunya melakukan upaya untuk meningkatkan efisiensi energi, bermigrasi ke energi terbarukan, dan beralih dari batubara ke energi terbarukan.

Konsumsi Energi

Pemakaian energi yang tidak efektif menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Serta menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca dan senyawa lain yang merugikan lingkungan. Oleh karena itu, konsumsi energi yang dijalankan oleh setiap perusahaan memang penting, tetapi juga menjadi salah satu parameter pencemaran lingkungan yang perlu diuji lebih lanjut secara rutin. 

Untuk melakukan pengujian memang banyak industri yang tidak bisa melakukannya sendiri, oleh karena itu perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan seperti A3 Laboratories untuk melakukan uji dan monitoring lingkungan. Dengan begitu, perusahaan bisa mengetahui tingkat emisi yang dibuang sudah sesuai dengan standar atau tidak. 

Baca Juga: Siap Siap Kena ‘Disisentif’ Jika Tidak Uji Emisi Minimal 6 Bulan Sekali!

Penggunaan Air

Air adalah bahan dasar manusia yang menjadi kunci penting kehidupan. Kebutuhan air dalam industri pun cukup tinggi, seperti dalam industri tekstil yang membutuhkan ribuan liter air hanya untuk membuat satu jenis pakaian. 

Setelah penggunaan pun, air hasil produksi dari industri tidak bisa dibuang begitu saja. Perlu dilakukan pengukuran baku mutu yang sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) dari air tersebut. Selain itu, perusahaan juga perlu membatasi penggunaan air untuk keberlanjutan lingkungan. 

Limbah dan Polusi

Pengelolaan limbah menjadi kategori yang luas dalam industri dan menjadi masalah industri yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Limbah dan polusi sudah menjadi bagian dari industri untuk diatasi dan dikelola secara seksama oleh bisnis. 

Pengelolaan limbah memang menjadi tanggung jawab industri untuk dikelola dengan manajemen terbaik. Bahkan perlu menggandeng third party untuk mengelolanya. Pemisahan limbah juga perlu dilakukan agar limbah tidak dibuang secara sembarangan dan bisa menyesuaikan dengan jenis limbah yang ada.

Kesimpulan

Parameter Pencemaran Lingkungan bisa digunakan oleh industri sebagai indikator dalam menganalisa dampak lingkungan terhadap aktivitas industri yang dilakukan. Perusahaan harus berkomitmen untuk melakukan upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan. 

Perusahaan perlu menerapkan program strategis dalam mengintegrasikan metrik lingkungan ke dalam tujuan bisnis. Sehingga bisa membantu perusahaan menuju kesuksesan menjadi industri ramah lingkungan. 

Tak lupa, untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan, Anda perlu melakukan uji dan monitoring lingkungan secara rutin. Anda bisa menggandeng PT Advanced Analytics Asia Laboratories untuk melakukan monitoring lingkungan. Temukan informasinya pengujian hanya di Lab.id

Penyebab Pencemaran tanah akibat aktivitas industri

Bagaimana Industri Menjadi Penyebab Pencemaran Tanah?

Pencemaran tanah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari pencemaran lingkungan. Kerusakan tanah terjadi akibat dari kegiatan industri yang tidak memperhatikan lingkungan hingga menyebabkan lingkungan sekitar menjadi rusak. Salah satunya masalah pembuangan limbah yang tidak dilakukan secara tepat, sehingga membuat tanah menjadi tercemar. Ada banyak penyebab pencemaran tanah yang dilakukan industri hingga menyebabkan terkontaminasi pada tanah.

Meskipun industri bukan menjadi satu-satunya penyumbang kerusakan akibat aktivitas manusia, tetapi industri menjadi salah satu yang terbesar dari penyebab pencemaran lingkungan, termasuk tanah. 

Selama ini, memang kita lebih sering mendengar bahwa aktivitas industri hanya mencemari udara atau air saja. Membuat udara menjadi lebih panas, perubahan iklim, dan pemanasan global. Termasuk tercemarnya sumber air yang membuat rusaknya keragaman hayati dalam air.  Tetapi, kegiatan industri yang dilakukan secara tidak bertanggung jawab juga membuat tanah ataupun lahan di sekitar industri menjadi rusak. 

Penyebab

Area industri dan manufaktur secara historis telah menjadi penyebab utama pencemaran tanah. Area industri memiliki tingkat elemen jejak kontaminasi yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pelepasan yang disengaja maupun tidak disengaja dari proses industri ke lingkungan, termasuk ke tanah.

Ada banyak penyebab industri menjadi penyebab pencemaran tanah, seperti pembuangan limbah yang tidak tepat (baik limbah berbahaya maupun tidak berbahaya), penambangan, dan pembuangan sampah secara ilegal. 

Bahan limbah yang biasa menjadi penyebab pencemaran tanah diklasifikasikan sebagai limbah padat, limbah konstruksi dan pembongkaran, dan limbah berbahaya. Industri seperti konstruksi sering membuang limbah puing dan logam atau sisa pembongkaran konstruksi dibuang begitu saja ke tanah. 

Selain itu, ada banyak industri besar maupun kecil yang membuang zat berbahaya ke tanah tanpa merasa bertanggung jawab. Seperti perusahaan manufaktur kimia, kilang minyak, pabrik kertas, peleburan, bengkel mesin, pembersih, bengkel kendaraan, dan berbagai fasilitas di perkotaan menjadi penyebab pencemaran tanah.

Sampah dan Limbah

Sampah

bagaimana penyebab pencemaran tanah terjadi?

Source: Eartheclipse.com

Sampah dan limbah menjadi dua bahan yang menjadi penyebab pencemaran tanah. Sampah bukan hanya berasal dari industri, melainkan juga berasal dari sampah masyarakat yang dibuang secara sembarangan. 

Sampah tersebut terdiri dari puntung rokok dan sampah rumah tangga yang dibuang begitu saja di jalan. Kita sering melihat banyak orang yang membuang sampah secara sembarangan, tanpa merasa bersalah. Padahal hal tersebut menjadi penyebab pencemaran lingkungan.

Selain itu, pembuangan sampah ilegal juga menjadi salah satu penyebab pencemaran tanah. Kita bisa saksikan, di perkampungan maupun pemukiman padat penduduk, ada lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah. Semua jenis sampah, baik yang disengaja dan tidak disengaja, menyebabkan polusi tanah dengan melepas bahan kimia dan partikel mikro saat terdegradasi.

Limbah

Pembuangan limbah padat oleh industri terkadang juga tidak dilakukan dengan benar dan tepat. Banyak industri yang hanya berpikir, mengangkut limbah dari lokasi industri ke tempat pembuangan tahapan sudah selesai. Jika tidak dikelola dengan baik, tempat pembuangan sampah bisa menjadi tempat pembuangan sampah yang dapat berkontribusi pada pencemaran tanah.

Urbanisasi dan Konstruksi

Penyebab pencemaran tanah bukan hanya berasal dari industri. Tetapi juga dari urbanisasi. Urbanisasi menyebabkan masyarakat membangun pemukiman baru di atas lahan-lahan yang mungkin tadinya sebagai lahan pertanian atau perkebunan. Pemukiman penduduk menjadi salah satu penyumbang sampah yang menyebabkan pencemaran tanah.

Jika bahan-bahan tersebut tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan pencemaran tanah di daerah tersebut.

Penambangan

Salah satu industri yang menyebabkan pencemaran tanah adalah pertambangan. Proses pertambangan yang melakukan ekstraksi mineral dan geologi dari dalam tanah, kemudian menjadi keperluan seperti bahan bakar, penambangan minyak, penambangan emas dan perak menjadi penyebab kerusakan tanah.

Proses ini, bagaimanapun menghabiskan sumber daya alam dan bumi sehingga menyebabkan kerusakan dan polusi tanah setelahnya. Sehingga merusak ekosistem alam di sekitarnya, mengubah lanskap tanah, dan menghancurkan habitat satwa liar serta tumbuhan.

Pertanian

Meskipun pertanian adalah kegiatan dasar manusia, tetapi proses pertanian yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab kerusakan tanah. Kontributor kerusakan tanah dari pertanian adalah penggunaan pestisida, herbisida, pupuk, dan kotoran hewan.

Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti budidaya intensif dan berlebihan juga dapat menghilangkan nutrisi alami tanah, tidak lagi membuatnya layak digunakan di masa depan.

Efek Pencemaran Tanah

Apa efek dari pencemaran tanah? Meskipun tidak terlihat secara langsung, pencemaran tanah menyebabkan pengaruh pada lingkungan, terutama:

  • Kontaminasi air minum
  • Menyebabkan kesuburan tanah menurun dan berkurangnya ketersediaan pangan
  • Perubahan iklim, termasuk banjir bandang dan curah hujan tidak teratur
  • Bahaya kepunahan spesies di alam liar
  • Rusaknya habitat hewan dan tumbuhan
  • Pergeseran habitat, hewan terpaksa mengungsi ke tempat tinggalnya untuk bertahan hidup
  • Meningkatnya kebakaran hutan karena daerah tercemar
  • Meningkatnya polusi udara, akibat pembakaran sampah sembarangan
  • Pencemaran tanah dapat masuk melalui rantai makanan yang menyebabkan gangguan kesehatan
  • Meningkatnya masalah kesehatan manusia, termasuk kanker, penyakit pernapasan, dan cacat bawaan yang disebabkan paparan bahan kimia berbahaya

Cara Mencegah Pencemaran Tanah

Reboisasi

Proses Reboisasi untuk perbaikan tanah

Source: Kokolu.eco

Proses reboisasi di kawasan industri, terutama tambang perlu menjadi perhatian Manajemen. Cara ini cukup efektif untuk mengembalikan fungsi tanah dan mencegah terjadinya erosi serta banjir.

Pertanian

Proses pertanian perlu menghindari penggunaan pestisida dan kimia yang menyebabkan pencemaran tanah. Baik itu pertanian skala industri maupun individu, perlu memperhatikan hal ini, untuk membantu mengurangi dampak lingkungan. 

Pengolahan Limbah Padat

Industri bisa melakukan pengolahan secara tepat untuk limbah padat yang mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun. Metode perawatan kimia yang efektif untuk lingkungan, akan mampu mengurangi polusi tanah. Metode pengolahan limbah bisa dilakukan dengan netralisasi. Cara ini akan mengurangi tingkat pH pada limbah di tempat pembuangan sampah.

Mengurangi Limbah

Industri bisa memanfaatkan limbah yang sudah tidak terpakai untuk di daur ulang atau menjual kembali ke industri yang bisa memanfaatkannya. Dengan cara ini, limbah padat tidak lagi menjadi masalah signifikan, karena jumlahnya bisa dikurangi. Meskipun cara ini tidak mudah untuk dilakukan, tetapi ada banyak cara industri bisa mengurangi pelepasan limbah padat dalam proses industri.

Kesimpulan

Sumber pencemaran tanah cukup bervariasi, mulai dari sektor primer hingga siklus hidup produk sehari-hari. Untuk mencegah dan mengurangi pencemaran tanah, upaya yang lebih besar bisa menjadi langkah efektif untuk mengurangi pencemaran tanah. 

Industri juga perlu mengurangi penggunaan bahan kimia beracun untuk mengatur dan mengendalikan industri dalam memverifikasi emisi yang dihasilkan dari pencemaran tanah. Sehingga industri yang menjadi penyebab pencemaran tanah bisa mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Anda juga bisa melakukan uji dan analisa lingkungan di sekitar industri dengan menggandeng PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran untuk Melakukan uji dan monitoring lingkungan.

Bagaimana Proses Dekarbonisasi industri yang efektif?

3 Prioritas Mempercepat Dekarbonisasi Industri

Kampanye Dekarbonisasi Industri sudah dilakukan sejak lama, tetapi apakah sudah diterapkan oleh seluruh Industri yang ada? Mari kita ulas bersama mengenai dekarbonisasi industri dan bagaimana industri memulai. 

Industri merupakan mesin pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi yang menghasilkan sekitar seperempat PDB global. Tetapi industri memberikan 30% emisi dunia yang muncul dari produk-produk yang digunakan sehari-hari. 

Upaya Pemerintah dalam mendorong industri untuk melakukan transisi energi masih cukup menantang, dikarenakan masih banyak industri yang memanfaatkan energi fosil dalam proses operasional produksi.

Mengutip dari Antara, hanya ada 23% industri yang menggunakan energi listrik, 76% industri masih menggunakan energi batubara dan bahan bakar minyak. Tentu ini masih menjadi PR bagi pemerintah dan industri untuk segera menuju Net Zero Emission (NZE) di 2060.

Setiap industri harus lebih komitmen dalam untuk melakukan dekarbonisasi industri, sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengurangi emisi karbon. Memang masih banyak kendala bagi banyak perusahaan dalam mengadopsi dekarbonisasi seperti minimnya informasi, pengetahuan terkait proses transisi, dan akses untuk energi bersih dan berkelanjutan. 

Baca Juga Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Tiga Tahapan Prioritas Dekarbonisasi Industri

Ada tiga tahapan prioritas yang mungkin bisa dijalankan industri untuk melakukan dekarbonisasi industri sejak saat ini untuk pertumbuhan berkelanjutan.

Teknologi Berkelanjutan dan Berdaya Saing

Teknologi menjadi tulang punggung ekonomi saat ini. Seluruh industri sudah mulai memanfaatkan teknologi dalam berbagai sektor operasional. Tetapi dalam melakukan pengurangan karbon, belum banyak industri yang melakukannya.

Proses ini memang agak sulit dan masih sedikitnya Sumber Daya Manusia yang mampu melakukannya. Seperti halnya penggunaan teknologi untuk barang display atau contoh, dibandingkan menggunakan barang yang hampir mirip dan jika sudah ada model terbaru, barang tersebut hanya menjadi limbah saja. 

Untuk mengurangi itu, sebaiknya pabrik manufaktur menciptakan produk 3D untuk barang display yang memiliki desain menarik. Tampilan 3D bisa menjadi solusi untuk pengurangan limbah industri. Selain itu, cara ini juga menjadi kunci untuk mengurangi emisi pengiriman barang ke store yang digunakan. Dengan teknologi cloud, bisnis sudah mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan. 

Mengatasi Emisi Supply Chain

Mengurangi Emisi Supply Chain

Source: Industry today.com

Menurut Environmental Protection Agency Rantai Pasok menyumbang 90% gas rumah kaca. Tetapi mengurangi emisi pada supply chain untuk melakukan dekarbonisasi industri bukan hal mudah, karena masih banyak perusahaan yang kurang transparan terhadap pemasoknya. 

Disinilah perlunya sinergi antara perusahaan dengan para pemasok dengan bekerjasama dalam mengembangkan strategi untuk mengurangi gas rumah kaca. Tetapi masih banyak perusahaan yang mengalami tantangan besar dalam menerapkan ini. 

Melakukan sinergi antar perusahaan mengenai emisi bukan hal mudah. Dibalik masih banyak perusahaan yang belum mampu melakukan adopsi inovasi untuk melakukan dekarbonisasi industri. 

Kebijakan Cerdas

Kebijakan dan regulasi menjadi kunci untuk mempercepat dekarbonisasi Industri. Perubahan iklim terlalu cepat dan tidak dapat ditangani sendiri, baik oleh Negara, Industri, dan manusia. Pembuat kebijakan dan industri perlu bekerjasama untuk mempercepat transformasi tersebut.

Negara-negara Eropa, Cina, dan Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi terbesar di dunia telah sepakat untuk mampu mengurangi emisi dalam 2050. Mereka lebih cepat daripada Indonesia yang memiliki target di 2060. 

Kebijakan menjadi sangat perlu disesuaikan untuk mendorong industri menggunakan teknologi ramah lingkungan dan juga pengurangan jumlah karbon dalam proses produksi. Sehingga bisa terapkan di segala sektor. 

Mengapa Dekarbonisasi Industri Penting?

Tentu banyak pertanyaan yang muncul bahwa apakah dekarbonisasi penting? Ilmu pengetahuan telah memberikan informasi mengenai kenaikan suhu bumi sekitar 1,1°C dibandingkan tahun 1800-an dan emisi masih terus meningkat.

Untuk menjaga pemanasan global tidak lebih dari 1,5°C sebagaimana yang sudah termaktub dalam perjanjian Paris, emisi perlu dikurangi sebanyak 45% di 2030 dan bersih di tahun 2050.

Bagaimana Dekarbonisasi Industri dilakukan?

Masa transisi ke NZE memang masih memberatkan beberapa dunia industri. Karena biaya peralihan yang cukup tinggi. Tetapi ini menjadi bagian untuk transformasi industri dalam memproduksi, mengkonsumsi, dan bergerak. Mengganti sumber polusi bahan bakar fosil seperti batubara, gas, dan minyak dengan energi terbarukan menjadi kunci untuk pengurangan karbon.

Baca Juga: Penanganan dan Monitoring Limbah Industri Semen

Kesimpulan

Mencapai dekarbonisasi industri bukan menjadi hal mudah, banyak tantangan yang dihadapi oleh industri dan komitmen industri dalam menjalankannya. Selain itu, perlu kolaborasi antar pihak yang erat dengan kebijakan yang cerdas. 

Kabar baiknya, teknologi saat ini menjadi kunci untuk mempercepat laju pengurangan emisi. Teknologi mampu menjadi bagian untuk efisiensi, produktivitas, transparansi, dan membuka jalan untuk masa depan yang lebih baik dengan nol emisi. Sehingga lingkungan menjadi lebih bersih.

Dapatkan uji dan analisa lingkungan dengan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories untuk menerapkan lingkungan yang lebih baik. 

 

Apa arti dari polutan Udara? Bagaimana penanganan bagi industri

Definisi Polutan Udara : Parameter & Fakta Penting

Polutan udara adalah salah satu masalah lingkungan yang terjadi di seluruh dunia. Kondisi ini terjadi karena terjadinya karena adanya zat seperti gas, padatan, atau aerosol yang terbang ke atmosfer secara lebih cepat, melebihi kapasitas alami. Polutan di udara menjadi zat yang merusak lingkungan apabila jumlahnya melebihi batas normal.

Ada banyak unsur-unsur yang menyebabkan turunnya kualitas udara. Seperti zat Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), dan berbagai zat atau unsur lainnya. Zat tersebut dihasilkan dari kegiatan manusia maupun unsur alami. 

Kehadiran polutan selain merusak lingkungan, juga bisa mengganggu kesehatan manusia, serta merusak properti. Sehingga polutan perlu dipantau secara terus menerus untuk menghasilkan hasil yang efektif.

Definisi

Polutan sendiri secara umum disebut sebagai benda atau zat yang membuat pencemaran lingkungan. Sedangkan pencemaran adalah masuknya ke dalam lingkungan atau wilayah tertentu dan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan di wilayah tersebut. 

Adapun suatu zat dikatakan sebagai polutan ketika mereka menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup di sekitarnya. Kriteria zat disebut polutan ketika keberadaannya melebihi batas normal yang telah ditetapkan.

Polutan udara adalah zat yang masuk ke dalam udara dan merusak atmosfer yang terdapat di udara. Zat tersebut bersumber dari aktivitas manusia maupun kondisi alam yang terjadi. 

Baca Juga: Polusi Udara Dalam Ruangan Lebih Berbahaya Daripada Polusi Udar Luar. Benarkah?

Sifat Polutan

Ada dua sifat polutan yang dikenal saat ini, yaitu: 

  1. Polutan bersifat merusak sementara. Dalam konsentrasi rendah, polutan yang berada dalam lingkungan tidak akan merusak. 
  2. Polutan bisa merusak dalam jangka waktu lama. POlutan yang memiliki konsentrasi rendah tidak merusak. Tetapi jika terakumulasi pada lingkungan dalam waktu yang lama, polutan akan merusak.

Zat Pencemar Udara

Udara bersih terdiri dari nitrogen dan oksigen, masing-masing 78 persen dan 21 persen. Sedangkan 1 persennya adalah campuran gas lain, seperti argon 0,9 persen, dan zat kecil lainnya seperti karbon dioksida (CO2), gas metana, hidrogen, dan helium. Serta berbagai zat lainnya. Uap air juga masuk dalam komponen atmosfer meskipun kadarnya tidak banyak. 

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) terdapat enam polutan udara, dimana parameter polutan ini berguna sebagai indikator kualitas udara secara keseluruhan. Lab.id telah merangkum kriteria polutan udara berdasarkan kriteria EPA.

Polutan

Sumber Umum Parameter Maksimum (Baku Mutu) Risiko Lingkungan

Risiko Kesehatan

Karbon Monoksida (CO2) Emisi kendaraan, kebakaran, aktivitas industri 35 PPm (1 Jam)

9 PPm (9 Jam)

Kontribusi dalam pembentukan kabut asap Memperparah penyakit jantung, masalah penglihatan, mengurangi kemampuan fisik dan mental seseorang.
Nitrogen Oksida (NO2) Emisi Kendaraan, Pembangkit Listrik, Aktivitas Industri 0,053 PPm ( 1 Tahun) Merusak tanaman, berkontribusi pembentukan kabut asap Peradangan dan iritasi saluran pernafasan.
Sulfur Dioksida (SO2) Pembangkit listrik, pembakaran bahan bakar fosil, aktivitas industri, emisi kendaraan 0,03 PPm (Periode 1 Tahun)

0,14 PPm (24 jam)

Penyebab utama kabut asap; berkontribusi pada pembentukan hujan asam, merusak tanaman, bangunan, dan bereaksi membentuk partikel Kesulitan bernafas, terutama pada penderita asma dan penyakit jantung.
Ozon (O3) NO2 dan senyawa organik yang mudah menguap dari emisi industri dan kendaraan, uap bensin, pelarut kimia, dan utilitas listrik 0,075 PPm (8 Jam) Mempengaruhi kualitas tanaman dalam bernafas, menyebabkan perubahan iklim seperti cuaca buruk. Fungsi paru-paru berkurang, iritasi, dan radang saluran pernafasan.
Particulate Matter (Pm) Sumber partikel yang meliputi kebakaran, cerobong asap, konstruksi, jalan tak beraspal; sumber partikular sekunder termasuk reaksi antara bahan kimia gas yang dipancarkan oleh pembangkit listrik dan kendaraan. 150 μg/M3 (24 jam untuk partikel Pm10

35 μg/M3 (24 jam untuk partikel Pm 2,5

Berkontribusi terhadap pembentukan kabut asap, hujan asam, mengubah keseimbangan pH sumber air, merusak tanaman, dan bangunan Iritasi saluran pernafasan, asma, detak jantung tidak teratur
Timah (Pb) Pengolahan logam, pembakaran sampah, pembakaran bahan bakar fosil 0,15 μg/m3 (Rata-rata 3 bulan)

1,5 μg/m3 (Rata-Rata 4 Bulan)

Hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan reproduksi, masalah neurologis pada vertebrata Efek buruk pada sistem tubuh, berkontribusi pada ketidakmampuan belajar jika terpapar pada anak kecil, efek kardiovaskular pada orang dewasa.

Note: Data diatas berdasarkan dari EPA dan menjadi acuan di Amerika. Sedangkan di Indonesia menggunakan Baku Mutu Udara Ambien yang tertuang di Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. 

Kriteria utama yang menjadi perhatian di wilayah perkotaan adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan karbon monoksida. Gas-gas tersebut dipancarkan langsung ke udara melalui bahan bakar fosil seperti minyak, bensin, dan gas alam yang bersumber dari pembangkit listrik, kendaraan, dan sumber pembakaran lainnya. 

Sedangkan ozon, merupakan polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia yang terjadi seperti nitrogen dioksida dan senyawa organik lain yang mudah menguap. 

Sementara partikulat udara dari partikel padat atau cair, terutama yang berukuran kurang dari 10 mikrometer/Seperjuta Meter, menjadi polutan udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Polutan tersebut dipancarkan oleh aktivitas industri, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara atau minyak, sistem pemanas perumahan, dan mobil. Asap timbal yang bersumber dari bahan bakar diesel pun cukup beracun. 

Polutan selalu dibuang dalam jumlah yang cukup tinggi, umumnya diukur dalam jutaan ton per tahun. Diatur dalam standar kualitas udara ambien, yang merupakan parameter maksimum yang dapat diterima sebelum dibuang ke lingkungan. 

Partikel Halus

Partikel halus merupakan fragmen yang sangat kecil dari bahan padat atau tetesan cairan yang tersuspensi di udara disebut dengan partikulat. Dicirikan berdasarkan ukuran dan fase (padat atau cair) bukan berdasarkan komposisi kimia. Sebagai contoh, partikulat padat dengan diameter 1-100 μm disebut debu, sedangkan padatan udara dengan diameter kurang dari 1μm disebut uap. 

Partikulat yang berbahaya adalah partikulat yang memiliki diameter kurang dari 10 μm, karena dapat masuk ke dalam paru-paru dan terperangkap pada sistem pernafasan bagian bawah. Sumber utama partikulat adalah pembangkit listrik, bahan bakar fosil, aktivitas manufaktur, sistem pemanas perumahan berbahan bakar fosil, kendaraan bertenaga mesin.

Baca Juga: Strategi Preventif Solusi Pencemaran Lingkungan

Kesimpulan

Meskipun masalah polutan udara sudah menjadi perhatian dunia sejak lama, dan sudah sering berbagai negara melakukan Konferensi untuk pembahasan mengenai Pemanasan Global, tetapi masih banyak industri yang belum mampu beralih ke teknologi ramah lingkungan secara masif. Sehingga setiap industri perlu memantau kualitas udara yang dihasilkan dalam proses industri.

Pemantauan kualitas udara bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas-aktivitas pengujian dan monitoring dengan menggandeng Pihak Laboratorium Lingkungan terakreditasi seperti PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan informasi untuk pengujian udara dengan menghubungi kami.

Penanganan Limbah Industri Semen

Penanganan dan Monitoring Limbah Industri Semen

Industri semen merupakan salah satu industri strategis nasional yang diperuntukan dalam merealisasikan program Pemerintah. Tetapi sebagai pelaku industri semen, Anda tidak boleh abai terhadap kondisi limbah industri semen yang dihasilkan dari produksi setiap harinya. Pastikan sebelum dibuang ke lingkungan, limbah sudah aman sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) atau Baku Mutu udara yang berlaku.

Saat ini hampir di seluruh provinsi memiliki pabrik semen masing-masing. Tentu keberadaan Pabrik yang dekat akan mengurangi biaya produksi dan distribusi semen ke masyarakat. Selain itu, semen akan mampu merealisasikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah industri.

Dibalik itu semua, industri semen memberikan hal negatif bagi lingkungan, yaitu limbah semen yang dihasilkan dalam proses produksi. Hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar industri. Bahkan setiap tahapan produksi semen, dari penyiapan bahan baku hingga produksi memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.

Baca Juga: Limbah Industri dan Cara Pengelolaan Limbah Industri

Proses Produksi Semen

Produksi semen akan melibatkan penambangan (mining), penghancuran (crushing), penggilingan (grinding), dari bahan mentah batu kapur dan tanah liat sebagai bahan utama pembuatan semen.

Proses tersebut menghasilkan limbah, termasuk debu yang dihasilkan dari proses penambangan dan penghancuran. Selain itu, bahan limbah industri semen terdiri dari pencampuran bahan kimia seperti hidroksida, klorida, sulfat kalium, dan natrium serta natrium karbonat sebagai padatan tersuspensi yang bervariasi dari waktu ke waktu.

Proses tersebut pun membutuhkan air, air yang tercampur bahan kimia akan merubah suhu, pH, warna, padatan tersuspensi, dan kebutuhan oksigen biologis didalamnya. 

Pada proses pengumpulan bahan baku, semen yang berbahan baku dasar adalah batu kapur akan mengeruk bukit kapur yang menjadi lokasi tambang mereka. Pengerukan yang dilakukan setiap tahun tanpa henti tentu membuat bukit kapur tersebut akan hilang yang menyebabkan rusak dan hilangnya ekosistem didalamnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kerusakan alam dan lingkungan.

Dalam proses pembuatan semen, terdapat debu dan gas beracun. Hingga saat ini belum tersedia cara menyaring debu dan gas tersebut secara efektif untuk menurunkan kadar nitrogen oksida dan sulfur oksida yang dihasilkan. 

Jenis Limbah Industri Semen

Penanganan Limbah Industri Semen

Source: Ibef.org

Limbah terbesar yang bersumber dari industri semen adalah limbah gas dan limbah partikel yang dapat berdampak pada lingkungan, baik itu lahan, air, dan udara. 

Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan industri semen menimbulkan penurunan kualitas udara. Gas yang muncul adalah CO, CO2, SO3, Hidrokarbon, dan jenis gas lainnya. Gas yang bertebaran di sekitar industri semen akan menimbulkan bau jika kadar karbon rendah, tetapi jika dalam kadar tinggi gas tersebut akan menimbulkan bau dan menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia, seperti:

  • Masalah Pernafasan
  • Merusak Saraf
  • Menganggu Darah
  • Dan masalah kesehatan lainnya.

Limbah Partikel

Limbah partikel adalah butiran halus yang masih dapat terlihat oleh mata, seperti uap air, asap, kabut, dan debu. Debu termasuk jenis partikel yang bersumber dari proses industri seperti saat penghancuran, peledakan, dan pengolahan, baik yang berasal dari bahan organik maupun anorganik. Sifat debu yang ringan membuatnya melayang di udara, dan jatuh dikarenakan gravitasi bumi. Saat mereka berterbangan, debu bisa terhirup oleh manusia dan mengganggu sistem pernafasan manusia.

Jenis partikel berikutnya adalah asap, bersumber dari sumber tidak bergerak milik industri yang mengeluarkan zat karbon. Asap yang bercampur dengan uap air akan jatuh ke bumi dan akan menempel di daun maupun atap rumah. Asap tersebut dapat mengganggu kesehatan manusia

Oleh sebab itu, industri semen perlu melakukan pengendalian asap ataupun partikel yang dihasilkan dari proses produksi semen, perlu dilakukan pengujian secara rutin oleh industri. Pengendalian tersebut dilakukan dengan monitoring Nilai Ambang Batas (NAB) kadar tertinggi zat dalam udara yang diperkenankan

Dalam melakukan pengendalian dan monitoring NAB, industri semen perlu menggandeng Laboratorium Lingkungan. Salah satu Laboratorium Lingkungan dengan teknologi kekinian untuk pengujian lingkungan yaitu PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Hubungi tim Sales kami untuk mendapatkan penawaran dalam pengujian NAB udara.

Baca Juga: Penanganan Limbah Industri untuk Mengurangi Pencemaran

Limbah B3

Limbah berikutnya yang dihasilkan dari industri semen adalah Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Industri Semen menjadi salah satu industri yang menghasilkan limbah tersebut. Sehingga dalam proses produksi dan pengelolaan perlu dilakukan sesuai izin dan regulasi yang berlaku di industri semen.

Limbah B3 dari industri semen bisa bersumber dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Jika limbah B3 tidak ditangani dengan tepat, akan menyebabkan limbah merusak lingkungan.

Dampak Limbah Industri Semen

Meskipun industri semen berdampak pada kemajuan ekonomi daerah tersebut, tetapi industri semen meninggalkan dampak limbah yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar industri.

Lahan

Dampak pertama yang mungkin cukup dirasakan dari hadirnya industri adalah lahan. Hal ini dikarenakan adanya penambangan dari batu kapur sebagai bahan utama pembuatan semen, penyerapan lahan yang menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang berpengaruh terhadap kondisi sumber air sekitar industri.

Air

Dampak industri semen terhadap air akan berpengaruh kepada kualitas air. Adanya limbah cair yang dialirkan ke sumber air, baik itu laut, sungai, atau danau di sekitar industri menyebabkan penurunan kualitas air.

Udara

Industri semen memang akan berdampak pada udara, limbah debu yang berterbangan banyak menyebabkan kerusakan pada tumbuhan di sekitar Industri. Bahkan debu yang dihasilkan dari industri semen menyebabkan pencemaran udara. Selain itu, suhu di sekitar pabrik akan meningkat. Gas yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batubara menghasilkan hidrokarbon yang menyebabkan efek rumah kaca dan perubahan iklim.

Baca Juga: Deretan Layanan Jasa Uji Laboratorium Lingkungan

Kesimpulan

Penanganan limbah industri semen memang akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di sekitar industri. Oleh karena itu, setiap industri semen perlu melakukan uji dan monitoring secara rutin mengenai limbah yang dihasilkan dalam kegiatan industri. Sehingga bisa memantau kualitas udara dan lingkungan di sekitar.

Dapatkan layanan pengujian Lingkungan untuk industri semen, hanya di Laboratorium Lingkungan A3 Laboratories. Hubungi Tim Sales kami untuk berdiskusi mengenai parameter yang perlu di uji untuk Industri Semen.

Penanganan Limbah Industri Fashion

Menangani dan Mengurangi Limbah Industri Fashion

Industri fashion menjadi salah satu industri yang penyumbang limbah terbanyak di lingkungan. Mulai dari proses produksi, hingga sampai ke tangan konsumen. Limbah industri fashion menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan yang cukup sering ditemukan. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian penting bagi pemangku kepentingan.

Industri fashion memang menjadi industri yang disebut-sebut sebagai industri paling mencemari di dunia. Bahkan masuk dalam urutan kedua setelah industri minyak. Menurut UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkapkan, 10% emisi karbon bersumber dari Industri fashion. 

Belum lagi, munculnya fenomena fast fashion, yang didefinisikan sebagai tren penggunaan pakaian dalam waktu singkat. Tidak hanya itu, produk dari industri fashion tren cepat di produksi dalam jumlah yang besar dalam waktu relatif singkat. Untuk menekan biaya produksi, industri fashion menggunakan bahan berkualitas rendah yang berpotensi pada pencemaran lingkungan yang besar.

Baca Juga: Langkah-Langkah Pengelolaan Limbah Industri Tekstil

Bentuk Limbah Fashion

Bentuk Limbah Cair

Limbah cair dari industri fashion mencemari sumber air

Source: Ecowatch.com

Bentuk limbah fashion bukan hanya berbentuk barang-barang jadi atau sisa produksi, melainkan juga cairan. Cairan ini bersumber dari proses pewarnaan fashion. Pada prosesnya banyak industri fashion yang membuang cairan tersebut ke sungai tanpa melakukan proses-proses yang aman sebelum dibuang.

Studi yang dilakukan oleh Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Februari 2022, di aliran sungai Citarum, Jawa Barat menemukan 70% bagian tengah sungai Citarum tercemar mikro plastik, yakni serat benang polyester bersumber dari industri fashion yang terdapat di sepanjang sungai Citarum.

Bentuk Limbah Padat

Bentuk limbah dalam industri fashion bersumber dari sisa kain produksi di Industri, baik itu skala kecil maupun skala besar. Serta pakaian tak terpakai yang dibuang. Termasuk di dalamnya pakaian fast fashion yang digunakan oleh masyarakat. Karena pakaian tersebut mudah rusak setelah pemakaian dalam waktu singkat. Banyak masyarakat yang membuang begitu saja limbah dari pakaian tersebut. 

Kandungan polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun untuk diurai oleh alam. Meski demikian, terdapat bahan pakaian yang bisa terurai dalam hitungan minggu hingga bulan. Seperti pakaian berbahan katun, terutama yang jika katun 100%. Dan juga pakaian berbahan linen yang dapat terurai dalam dua minggu.

Masalah Limbah Industri Fashion

Limbah dari industri fashion atau tekstil memang menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Dikatakan, pada rentang waktu 2015-2030 akan ada peningkatan limbah pakaian hingga 60% atau 57 juta ton limbah yang dihasilkan setiap tahunnya. Akan mencapai total tahunan hingga 148 juta ton. 

Hal ini terjadi dari hulu hingga hilir. Bahkan sampah pakaian tidak akan hanya disebabkan oleh para produsen, tetapi juga terdapat andil besar dari para konsumen. Oleh sebab itu, masalah limbah fashion benar-benar perlu ditangani dengan baik dan serius oleh semua pihak, terutama mencegah produksi fashion yang begitu cepat. 

Belum lagi masalah limbah cair, dimana industri fashion untuk menghasilkan satu buah produk saja memerlukan ribuan liter air. Air yang sudah tidak terpakai tersebut akan mengalir ke lingkungan dan dapat merusak keragaman hayati dari lingkungan tersebut. 

Mengutip dari Earth.org, dibutuhkan 20 ribu liter air hanya untuk memproduksi 1 kilogram kapas.

Bagaimana Solusi Bagi Industri Fashion

Masalah dari Limbah Industri fashion

Source: Thenewdaily.com.au

Beberapa pakaian yang tidak terjual banyak yang dibakar oleh pemilik produk, bahwa pada 2017 salah satu Brand Fashion ternama asal Swedia H&M terungkap membakar 12 ton pakaian yang tidak terjual sejak 2013. Tentu kelebihan produksi tersebut membuat kerusakan pada lingkungan. 

Lalu, bagaimana solusi bagi Industri fashion untuk mengatasi hal ini?

Ada beberapa langkah efektif yang bisa dilakukan oleh industri fashion:

Stop Produksi Berlebihan

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh industri dengan tidak melakukan produksi secara berlebihan. Tentu ini juga akan menguntungkan bagi bisnis Anda, karena perusahaan akan mengurangi biaya produksi dan mengurangi jumlah stok yang tidak terjual sehingga tidak merugikan perusahaan. 

Produksi Pakaian Berkualitas dan Tahan Lama

Industri harus sadar akan hal ini. Setiap produksi yang dilakukan dapat menghasilkan limbah yang merusak lingkungan, baik itu berbentuk cair atau padat. Belum lagi jumlah air yang diperlukan dalam memproduksi pakaian. 

Dengan memproduksi pakaian berkualitas, industri dapat mengurangi limbah fashion yang berlebihan. Selain itu, pastikan produk yang dihasilkan dapat digunakan secara jangka panjang. Industri dapat analisis prediksi tren sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mencegah limbah berlebihan selama proses produksi.

Menyumbangkan Pakaian

Overstock produksi pakaian yang terjadi dapat dikurangi secara signifikan dan dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah. Para stakeholder harus sadar akan hal ini dengan melakukan produksi dengan perhitungan matang. 

Jika terdapat produksi berlebihan, sebaiknya industri menyumbangkan pakaian tersebut kepada lembaga-lembaga yang terpercaya dan kepada masyarakat kurang mampu yang sulit dalam membeli pakaian

Sistem Baru

Luxury Brand Hugo Boss bahkan menggunakan sistem kekinian untuk mendorong pengurangan limbah dan menjadi industri yang ramah lingkungan. Cara Hugo Boss dengan tidak memberikan sampel fisik kepada pelanggan, tetapi mereka menggunakan monitor layar sentuh untuk menunjukan desain terbarunya, menghilangkan semua sumber daya yang diperlukan dalam produksi dan menghemat waktu dan uang.

Brand Gucci bahkan memiliki program Scrap-Less dimana penyamaan kulit menggunakan kulit yang telah dirawat. Sehingga Gucci menghemat limbah, air, energi, dan penggunaan bahan kimia dalam rantai pasokan kulit.

Baca Juga: Mengenal Karakteristik Limbah Cair, Nomor 3 Paling Sering Ditemui!

Kesimpulan

Dengan cara tersebut industri bisa lebih peduli terhadap lingkungan. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun tidak secara signifikan. Selain itu, industri fashion juga perlu melakukan analisis dampak lingkungan dengan melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion di sekitar industri

Untuk melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion, Industri bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat serta akuntabel bagi industri. Dapatkan informasi lengkap mengenai uji dan monitoring industri di PT Advanced Analytics Asia Laboratories. Dapatkan penawaran sekarang!!

Parameter Pengujian Limbah Industri sesuai dengan regulasi yang berlaku

18 Daftar Parameter Pengujian Limbah Industri

Limbah menjadi salah satu masalah yang selalu muncul dalam proses manufaktur atau produksi. Keberadaan limbah mengancam masyarakat sekitar industri dan juga keragaman hayati di dalamnya. Setiap hari terdapat ribuan ton jenis limbah yang dibuang ke alam oleh industri. Tentu sebelum dibuang ke alam, limbah perlu diukur berdasarkan dengan parameter pengujian sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ada beberapa jenis parameter pengujian limbah industri yang perlu diketahui oleh industri sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah industri adalah seluruh jenis bahan, baik itu cair, padat, dan gas yang sudah tidak digunakan lagi dalam proses produksi. Atau setelah proses produksi selesai terdapat sisa-sisa yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Keberadaan limbah industri terkadang sulit diukur, karena sudah tercampur dengan limbah perkotaan. 

Jenis-Jenis Limbah

Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan dari proses industri. Meskipun jenis limbah tidak berbahaya, tetapi limbah tersebut akan membuat kerusakan bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan benar dan sesuai pada Baku Mutu yang berlaku dari parameter limbah. Berikut beberapa jenis limbah umum yang dapat berbahaya dengan kehidupan manusia dan lingkungan.

Jenis-Jenis Limbah Industri yang perlu diketahui

Source: a-otc.com

Limbah Padat

Salah satu jenis limbah yang mungkin proses pengelolaannya belum dilakukan dengan benar adalah limbah padat. Limbah padat bersumber dari beberapa sumber, seperti: 

  • Pembangkit listrik
  • Penggunaan bahan kimia anorganik dan bahan kimia pertanian
  • Manufaktur besi dan baja
  • Pengolahan air
  • Plastik dan resin
  • Lumpur dan bubur hasil industri
  • Sisa-sisa produksi (sisa kayu, sisa plastik, dan lainnya)

Limbah Cair

Limbah cair menjadi salah satu jenis limbah yang paling mencemari lingkungan. Terbukti, hampir seluruh Industri melakukan pembuangan limbah cair ke sungai atau laut secara langsung. Hampir seluruh jenis limbah cair berbahaya bagi lingkungan. Limbah cair bersumber hampir dari seluruh jenis industri. 

Limbah cair sebelum dibuang, perlu dinetralisir sesuai dengan baku mutu limbah cair yang berlaku sesuai dengan regulasi dan kebijakan. 

Jika Anda ingin melakukan pengujian limbah cair pada industri Anda, Anda bisa menghubungi PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories sebagai Laboratorium Lingkungan yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan sudah terdaftar di Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Hubungi Tim Kami untuk dapat informasi lebih lengkap mengenai pengujian limbah cair. 

Limbah Gas

Jenis limbah selanjutnya adalah limbah gas. Limbah gas menjadi bagian limbah yang menjadi sumber pencemaran udara di dunia. Limbah gas ini bersumber dari aktivitas industri seperti cerobong asap, karbon monoksida, hidrogen peroksida, kelebihan gas metana, dan gas buang dari kendaraan. Selain itu, limbah gas juga bersumber dari aktivitas alam. Seperti kebakaran hutan alami, erupsi gunung merapi, dan sumber-sumber alami lainnya. 

Oleh karena itu, sebelum dibuang, sumber limbah gas dari aktivitas industri perlu diukur kadar parameter sesuai dengan regulasi yang berlaku. Industri juga bisa melakukan monitoring secara rutin mengenai limbah gas buang yang dihasilkan dari proses produksi. 

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Jenis limbah terakhir yang dihasilkan dari industri adalah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah ini memang memiliki sifat, karakter, konsentrasi, dan jumlahnya baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan. 

Oleh karena itu, Industri yang menghasilkan limbah B3 perlu melakukan pengelolaan dan identifikasi yang tepat mengenai jenis limbah yang dihasilkan oleh industri. Karena limbah B3 memiliki penanganan khusus, seperti:

  • Reduksi
  • Pengumpulan
  • Penyimpanan
  • Pengangkutan
  • Pemanfaatan
  • Pengolahan
  • Penimbunan

Cara Membuang Limbah Industri

Cara Membuang Limbah Industri yang tepat dan akurat

Source: Materialsrecovery.co.uk

Limbah industri memang tidak bisa dibuang secara sembarangan ataupun asal. Bahkan industri yang melakukan pembuangan limbah secara sembarangan dan tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku dapat terkena Pidana. Oleh karena itu, setiap industri perlu melakukan penanganan limbah secara baik dan tepat.

Penanganan limbah industri yang tidak tepat akan memberikan konsekuensi kepada perusahaan dan masyarakat sekitar industri. Tindakan yang tidak tepat terhadap limbah akan menimbulkan ancaman bagi citra dan keuntungan perusahaan. Karena Anda akan dikenakan denda dan juga proses hukum yang akan memakan biaya cukup besar. 

Pedoman Parameter Regulasi dan Kebijakan Limbah Industri

  1. UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
  2. PP 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
  3. PP 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3
  4. UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
  5. Permen LHK 55 Tahun 2015 Uji Karakteristik Limbah B3
  6. Permen LHK 59 Tentang Baku Mutu Air Lindi TPA
  7. Permen LHK 63 Tahun 2016 Tentang Penimbunan
  8. Permen LHK 70 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Kegiatan Pengolahan Sampah
  9. Permen LHK 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
  10. Permen No 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
  11. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 

Parameter Pengujian Limbah Industri

Ada beberapa parameter limbah industri yang menjadi acuan berdasarkan dengan baku mutu dan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku sesuai dengan regulasi yang terdapat di UU atau di Peraturan-Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Parameter pengujian limbah disesuaikan dengan jenis limbah yang ada. Setiap limbah cair dan udara memiliki parameter yang berbeda.

Parameter Limbah Cair

Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/Orang/Hari 100

pH

Parameter pertama yang digunakan dalam menguji limbah cair adalah pH di dalam limbah tersebut. pH ini adalah derajat keasaman menjadi parameter acuan yang perlu digunakan oleh industri sebelum membuang limbah ke lingkungan agar tidak membahayakan. 

Kadar netral pH dengan nilai 6-8, di Permen KLHK 68 Tahun 2016 adalah 6-9. Air dengan kadar dibawah angka 6 memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan bahaya bagi lingkungan, begitu juga jika kadar pH air mencapai diatas 9 akan memiliki kadar basa yang cukup tinggi yang bisa berbahaya kepada lingkungan.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD menjadi salah satu parameter yang tertuang dalam Permen KLHK 68 Tahun 2016, BOD mengutip dari wwdmag.com adalah kadar oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri dan mikroorganisme saat mereka mengurai bahan organik dalam aerob pada suhu tertentu. 

Pembusukan bahan organik dalam air membutuhkan BOD, tetapi limbah yang dibuang tanpa diuji parameternya akan mempengaruhi oksigen yang terlarut didalam air. Kadar maksimal BOD yang dibuang oleh limbah cair maksimal 30 mg/L.

COD (Chemical Oxygen Demand)

Parameter berikutnya yang digunakan dalam melakukan pengujian limbah cair adalah COD. COD adalah kapasitas air dalam mengkonsumsi oksigen selama waktu penguraian bahan organik secara kimia di dalam air. 

Nilai COD yang tinggi pada air limbah menunjukan bahwa air limbah tersebut belum bisa dibuang ke lingkungan, karena akan berbahaya untuk kehidupan keragaman hayati di sumber air. Zat tersebut perlu dilakukan netralisir terlebih dahulu dengan bantuan bakteri atau bahan kimia lainnya. Nilai maksimal COD adalah 100 mg/L.

TSS (Total Suspended Solids)

Dalam bahasa Indonesia TSS lebih dikenal dengan sebutan Total Padatan Terlarut. Ini merupakan partikel yang memiliki ukuran sekitar 2 mikron yang ditemukan di dalam air. Umumnya air yang terkena TSS tinggi akan membuat air menjadi keruh. 

Kekeruhan pada air akan menyebabkan sulitnya cahaya matahari masuk ke dalam air, sehingga menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis, yang menyebabkan tanaman dalam air dan ganggang akan sulit tumbuh. 

Cara yang dilakukan untuk mengurangi TSS adalah dengan metode filtrasi atau penyaringan. Untuk mendapatkan kadar nilai TSS yang dapat dibuang ke lingkungan adalah 30 mg/L. 

Minyak & Lemak

Minyak dan lemak yang bersumber dari limbah, jika tidak dilakukan pengukuran parameter jika dibuang ke sumber air dalam jumlah yang cukup banyak akan menyebabkan endapan yang berbahaya bagi kehidupan di dalam air. Karena minyak dan lemak tidak dapat terlarut oleh air. 

Agar limbah pabrik yang digunakan dapat terlarut dengan baik meski ada minyak dan lemak, perlu diukur nilai baku mutunya yaitu 5 mg/L. Jika diatas tersebut, maka perlu dilakukan pengurangan batasnya dengan metode penguapan. 

Amonia

Amonia merupakan zat kimia yang bisa muncul dari berbagai wujud, baik itu padat, cair, dan gas. Jika dalam bentuk cair, dalam Permen KLHK 68 Tahun 2016, kadar amonia di dalam limbah harus memiliki nilai 10 mg/L. Jika lebih dari angka tersebut akan berbahaya bagi kondisi sumber air. 

Sebelum dibuang ke sumber air, amonia perlu dijadikan nitrit dan nitrat yang akan terbuang dalam proses aerasi dan penguapan. Caranya dengan menambahkan mikroba di dalam amonia.

Total Coliform

Coliform adalah bakteri yang bisa ditemukan di setiap lingkungan termasuk dalam air. Sumber dari coliform ini adalah kotoran hewan dan manusia. Bakteri coliform memiliki ini bersifat patogen. Sehingga perlu diawasi dalam limbah. 

Apabila ditemukan Coliform, maka perlu dilakukan pengecekan kadar coliform dalam air. Nilai kadar Coliform di Indonesia adalah 100 mL. 

Parameter Udara Ambien

Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Sulfur Dioksida (SO 2 1 Jam

24 Jam

1 Tahun

900 ug/Nm3

365 ug/Nm3

60 ug/Nm3

Pararosanilin Spektrofotometer
Karbon Monoksida (CO 2) 1 Jam

24 Jam

30.000 ug/Nm3

10.000 ug/Nm3

NDIR NDIR Analyzer
Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam

24 Jam

1 Tahun

400 ug/Nm3

150 ug/Nm3

100 ug/Nm3

Saltzman Spektrofotometer
Oksidan (O3) 1 Jam

1 Tahun

235 ug/Nm3

50 ug/Nm3

Chemiluminescent Spektrofotometer
Hidro Carbon (HC) 3 Jam 160 ug/Nm3 Flamelonization Gas Chromatogarfi
Pm 10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
Pm 2,5 24 Jam

1 Tahun

65 ug/Nm3

15 ug/Nm3

Gravimetric Hi-Vol
TSP 24 Jam

1 Tahun

230 ug/Nm3

90 ug/Nm3

Gravimetric Hi-Vol
Debu Jatuh (Dustfall) 30 Hari 10 Ton//Km2/Bulan (Pemukiman)

20 Ton/Km2/Bulan (Industri)

Gravimetric

Ekstraktif Pengabuan

Cannister
Total Fluorides 24 Jam

90 Hari

3 ug/Nm3

0,5 ug/Nm3

Gravimetric Impinger atau Countinous Analyzer
Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100 Cm3 dari kertas limed filter Limed Filter Paper
Khlorine & Khlorine Dioksida 24 Jam

30 Hari

150 ug/Nm3

1 mg/S03/100

Spesific Ion Electrode Impinger atau Countinous Analyzer

Lead

Parameter Udara pada Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. 

Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida adalah gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang, seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Unsur kimia sulfur dioksida adalah SO2. SO2 memiliki karakter gas beracun yang tidak berwarna, tidak mudah meledak, dan tidak mudah terbakar. Jika bereaksi di udara akan menyebabkan hujan asam. 

Pada regulasi yang berlaku baku mutu dari SO2 dalam 24 jam 365 ug/NM3 dengan menggunakan metode analisis Pararosanilin.

Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida menjadi polutan penyebab pencemar terbesar di udara bebas. Gas CO sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan hingga kematian jika menghirupnya. Gas ini tidak berbau, tidak mempunyai rasa, dan tidak berwarna. 

Parameter baku mutu pada CO adalah 10.000 ug/Nm3 dalam waktu 24 jam. Jika lebih dari itu, maka perlu dikurangi melalui cara NDIR Analisis. 

Nitrogen Dioksida (NO2)

Gas ini merupakan polutan yang merupakan gas beracun, memiliki bau menyengat, dan merupakan salah satu polutan udara yang menyebabkan pencemaran. Kadar NO2 yang tinggi akan menyebabkan gangguan pernafasan pada manusia, menurunkan fungsi paru, serta membuat lemah sistem pernafasan paru.

Sumber utama NO2 berasal dari aktivitas manusia dalam proses pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, gas, dan minyak. Kadar NO2 yang dapat dilepas ke udara adalah 150 ug/Nm3 dalam 24 jam.

Oksidan (O3)

Oksidan memiliki rumus O3 adalah senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan selain memiliki manfaat, tetapi juga berbahaya bagi udara. Dalam industri Oksidan digunakan untuk menghancurkan kuman, mengatasi pencemaran air, membantu proses flokulasi, mencuci dan mematenkan kain, mewarnakan plastik, dan ketahanan getah. 

Kadar O3 yang diperbolehkan dalam udara dalam waktu pengukuran 1 jam 235 ug/Nm3.

Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon merupakan senyawa kimia yang memang banyak digunakan pada beberapa industri. Biasanya digunakan dalam proses produksi plastik, karet, perekat, peledak, LPG, dan di bidang kesehatan. 

Meskipun begitu, hidrokarbon juga menjadi senyawa berbahaya bagi udara. Oleh karena itu, hidrokarbon masuk dalam parameter limbah industri yang perlu di uji baku mutu udaranya. Baku mutu hidrokarbon adalah 160 ug/Nm3 dalam rentang waktu pengukuran selama 3 jam.

Partikulat (PM10 & PM 2,5)

Partikulat yang menjadi pengujian dalam udara ambien untuk parameter udara ambien industri adalah Pm 10 dan Pm 2.5. Pm 10 adalah partikel udara yang lebih kecil dari 10 mikron, sedangkan Pm 2.5 adalah partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil. 

PM adalah partikel yang tercampur dari partikel padat dan cair yang ditemukan di udara. Bentuk dari partikel ini adalah debu, kotoran, jelaga, dan asap. Polutan ini muncul dari pembuangan pembangkit listrik, industri, dan kendaraan. Baku mutu dari partikel Pm 10 dalam pengukuran 24 jam adalah 150 ug/Nm3. Sedangkan PM 2,5 pengukuran dalam 24 jam adalah 65 ug/Nm3. 

TSP (Total Suspended Particulate)

TSP adalah partikel debu di udara dengan ukuran 1 mikron hingga maksimal 500 mikron. Keberadaan debu ini sangat berbahaya dengan kesehatan manusia, karena akan mengganggu pernafasan. Sehingga parameter juga perlu dilakukan pengecekan secara rutin. 

Baku mutu dari TSP adalah 230 ug/Nm3 dalam waktu pengukuran 24 jam.

Debu Jatuh (Dustfall)

Debu jatuh merupakan parameter penting dalam pengujian udara ambien. Debu jatuh perlu diukur untuk melihat keberadaannya dalam udara ambien. Oleh sebab itu, dustfall sangat diperlukan untuk mengukur. Baku mutu debu jatuh adalah 10 ton//KM2/Bulan untuk wilayah Pemukiman dan untuk wilayah industri 20 Ton/Km2/Bulan. 

Total Fluorides (asF)

Total fluorides adalah parameter pencemaran udara yang biasanya diberlakukan dalam wilayah atau kawasan industri kimia dasar. Oleh sebab itu, tidak semua industri dalam pengujian parameter udara ambien akan menggunakan total fluorides. Namun, total fluorides ini tetap ada dalam Baku Mutu Udara dalam Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. 

Adapun baku mutu yang diperbolehkan dalam 24 jam sekitar 3 ug/Nm3. 

Fluor Indeks

Flour Indeks juga termasuk dalam parameter pencemaran udara yang digunakan pada kawasan industri kimia dasar. Baku mutu yang diperbolehkan adalah 40 ug/100 cm3 dari kertas limed filter dalam 30 hari.

Khorine & Kholorine Dioksida

Dua parameter ini juga menjadi bagian parameter tambahan di kawasan industri kimia dasar. Baku mutu yang diperkenankan dalam pengujian parameter ini adalah 150 ug/Nm3 dalam 24 jam dan 1 mg SO3/100 cm3 dalam 30 hari. 

Itulah beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran Nilai Ambang Batas dan Baku Mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. Tentu aturan ini digunakan untuk melindungi kesehatan masyarakat, kesejahteraan kehidupan publik, dan kematian hewan serta tumbuh-tumbuhan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan.

Untuk satuan nilai baku mutu di Indonesia menggunakan satuan ug/Nm3. Setiap industri perlu melakukan pengujian parameter secara rutin untuk mengetahui kadar pencemaran yang terjadi di kawasan industri.

Untuk hasil pengujian parameter limbah industri secara tepat dan akurat, perlu dilakukan dengan menggunakan layanan dari Laboratorium Lingkungan. Anda bisa menggunakan laboratorium lingkungan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran menarik untuk pengujian baku mutu.

Penerapan K3 Konstruksi sesuai dengan regulasi berlaku

Tata Cara Penerapan K3 Konstruksi Beserta Pedoman dan Regulasi

Konstruksi menjadi bagian dari industri yang memiliki tingkat risiko tinggi. Tentu perlu perhatian khusus terhadap kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja di bidang industri. Para pekerja dikelilingi oleh bahaya serius, seperti terjatuh, tertimpa, penggunaan alat, tertimpa peralatan konstruksi berat, tersengat listrik, debu silika, dan berbagai bahaya yang sulit diukur. Oleh karena itu, Penerapan Kesehatan dan Keselamatan (K3) konstruksi cukup penting untuk dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan Standar Prosedur yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional.

K3 Konstruksi dilakukan untuk memberikan jaminan kesehatan dan keamanan bagi para pekerja. Pada tahap ini perlu adanya regulasi dan kebijakan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja selama mereka bekerja. Apa lagi industri konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. 

Mengutip dari Kompas.com, selama kurun waktu 2017-2022 terdapat 48 kecelakaan konstruksi di Indonesia. Dari total tersebut, 43 kasus terjadi karena kelalaian teknis. Tentu ini menjadi perhatian penting bagi Perusahaan Konstruksi agar penerapan K3 Konstruksi dilakukan dengan tepat dan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Baca Juga: K3 Rumah Sakit: Penerapan dan Standar Teknis

Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja di Konstruksi

Ada cukup banyak penyebab terjadinya kecelakaan di konstruksi, seperti:

  • Sifat Dinamis dari Pekerjaan: Lokasi konstruksi selalu berubah-ubah, sehingga berpotensi membahayakan para pekerja. Terlebih jika tidak ada pengadopsian penerapan K3 secara baik. 
  • Lingkungan : Konstruksi berbeda dengan industri lain, para pekerja akan bekerja di berbagai lingkungan yang berbeda-beda, baik dari sisi alam, kontur, dan alat kerja yang digunakan.
  • Minim Pengawasan: Penyebab kecelakaan konstruksi biasanya terjadi karena minim pengawasan terhadap K3. Terlebih, jika banyak pekerja yang abai terhadap ketentuan K3. 
  • Minimnya Pengetahuan K3: Masih banyak pengusaha dan pekerja yang abai terhadap pengetahuan K3.
  • K3 dianggap Membuat Biaya Bengkak: Penyebab kecelakaan kerja terjadi, ketika aktivitas K3 tidak dianggap penting dan menganggap K3 hanya pembengkakan biaya. 

Peran K3 Konstruksi

Proyek konstruksi memiliki intensitas bekerja yang cukup tinggi, karena adanya waktu dalam penyelesaian proyek. Terkadang terdapat proyek konstruksi yang melakukan pekerjaan 24 jam penuh dengan menggunakan sistem Shift bagi para pekerja. Disinilah pentingnya peran K3 dalam konstruksi:

  • Pedoman memantau keselamatan dan kesehatan pekerja di sekitar lingkungan konstruksi.
  • Memberikan jaminan bagi para pekerja atas keselamatan masing-masing tenaga kerja selama melakukan pekerjaan.
  • Memiliki kebijakan penggunaan alat atau bahan agar aman saat digunakan oleh para pekerja.
  • K3 menjadi bagian antisipatif/preventif yang dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya kecelakaan/sakit akibat pekerjaan. Sehingga perusahaan dapat menekan biaya kecelakaan.
  • K3 berperan sebagai edukasi, informasi, dan pelatihan mengenai keselamatan kerja dan kesehatan.
  • Acuan dalam pengendalian bahaya, prosedur, metode dalam pekerjaan konstruksi yang high risk.

Penerapan

Proses K3 dilakukan dengan melakukan beberapa penerapan, seperti:

Identifikasi

Proses identifikasi untuk mengetahui proses adanya risiko atau bahaya dari kegiatan konstruksi yang dilakukan. Yaitu dengan cara membuat mapping apa yang menjadi potensi bahaya menurut area dan setiap bidang.

Evaluasi

Melakukan evaluasi terhadap potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas menurut hazard rating. 

Pengembangan Rencana 

Penyusunan rencana dan pencegahan kecelakaan berdasarkan identifikasi dan evaluasi dengan mengadaptasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. 

Implementasi

Membuat rencana kerja yang telah disusun untuk implementasi konsep pengendalian dengan baik. 

Monitoring

Setelah implementasi berhasil, maka Anda perlu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan K3 yang sesuai dengan aspek-aspek dalam regulasi dan kebijakan dari Pemerintah. Salah satunya dengan melakukan audit internal. 

Untuk melakukan Audit internal, Anda bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan untuk melihat berbagai aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan kerja untuk memberikan kenyamanan bagi para pekerja. 

Anda bisa menggandeng PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories untuk melakukan proses monitoring K3 Konstruksi.

Hambatan Pelaksanaan K3 Konstruksi

Ada beberapa hambatan yang sering sekali terjadi di lapangan dalam pelaksanaan K3 di Industri konstruksi, seperti:

  • Terbatasnya pengetahuan mengenai K3
  • Kurang perhatian dan pengawasan
  • Ada anggapan K3 membuat biaya meningkat
  • Tanggung jawab K3 hanya pada kontraktor bukan pekerja
  • Kurang aktifnya Manajemen dalam melakukan edukasi kepada pekerja dan seluruh pihak yang terlibat.

Mengapa Penerapan K3 Penting?

Penerapan K3 sangat penting dilakukan untuk :

  • Memastikan dan menjaga agar semua pekerja yang beraktivitas di lingkungan kerja terlindungi dari risiko yang mengintai.
  • Meningkatkan kinerja para pekerja yang terlibat di lingkungan kerja konstruksi dengan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 
  • Memastikan sumber-sumber produksi, baik itu peralatan maupun bahan habis pakai, terjaga dengan baik dan digunakan dengan aman, tepat guna, dan efisien. 

Kebijakan dan Regulasi Mengenai K3 Konstruksi

Pemerintah sebagai regulator telah memberikan kebijakan dan regulasi yang menjadi pedoman perusahaan konstruksi dalam menerapkan K3 di tempat proyek, yaitu:

  • UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
  • UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
  • UU No 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
  • Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul akibat Hubungan Kerja
  • Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
  • Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 5 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja

Baca Juga: Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Kesimpulan

Penerapan K3 dalam industri konstruksi bukan sekedar formalitas belaka. Para pelaku konstruksi yang memiliki jabatan tinggi atas kebijakan perlu melakukan penerapan K3 Konstruksi dengan baik dan sesuai dengan regulasi dan kebijakan yang tersedia. 

Ketika Penerapan K3 Konstruksi dilakukan dengan tepat, maka Pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar. Terhindar dari pengeluaran biaya-biaya kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi. Selain itu, Anda juga bisa terhindar dari kerusakan alat-alat akibat dari kecelakaan kerja. Hal terpenting keselamatan dan kesehatan pekerja terjamin. 

Lakukan monitoring lingkungan kerja di lokasi konstruksi bersama dengan PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran menarik sekarang hanya melalui website Lab.id.